Pages - Menu

Sabtu, 27 Desember 2014

Mau tau spek Xiaomi Redmi Note 2? Ini dia bocorannya!

Phablet Redmi Note baru saja dirilis secara resmi di Indonesia sejak dua bulan lalu. Namun, hal itu tidak menghalangi Xiaomi untuk segera merilis 'sekuel' dari phablet-nya itu. Nah, ini dia bocoran spesifikasinya!



Bocoran terbaru tentang spesifikasi Redmi Note 2 baru saja mengemuka di dunia maya. Seperti yang dilansir oleh Phone Arena (26/12), Redmi Note 2 mengalami perbaikan hardware, terutama di bagian layar, prosesor, dan memori internal.

Jika dulu Redmi Note hanya dibekali dengan layar 5,5 inci beresolusi 720p saja, kabar terbaru menyebutkan Redmi Note 2 mengusung layar dengan ukuran yang sama tetapi resolusi HD 1080 x 1920. Tentu saja hal ini bisa meningkatkan ketajaman dan kejernihan tampilan yang dihasilkan.

Sementara itu, di sektor dapur pacu rumornya ada prosesor Octa-core 64 bit berjenis Snapdragon 615, meski terdapat kemungkinan bila Xiaomi tetap memakai prosesor MediaTek jenis MT6752 untuk menjaga harganya agar tetap terjangkau.

Kabar baik lainnya adalah memori internal yang naik drastis mejadi dua kali lipat dari 'Minote' pertama, yakni 16 GB! Akan tetapi, RAM yang dibawa masih 2 GB.

Xiaomi juga tidak lupa memasang OS Android KitKat yang sudah dimodifikasi menjadi MIUI6. Sayangnya, bagian kamera masih tidak berubah, yakni 5 MP untuk kamera depan dan 13 MP untuk kamera belakang. Terdapat kemungkinan bila baterainya akan tetap sama, yakni 3200 mAh.

Bagaimana menurut Anda tentang spesifikasi Redmi Note 2 tersebut?

Sumber

Kamis, 25 Desember 2014

NASA Siapkan Kota Terapung di Atas Awan Venus


WASHINGTON – Eksplorasi ke Planet Venus telah dianggap terlarang karena iklim di sana yang dinyatakan tidak ramah. Namun, NASA percaya membangun sebuah kota terapung adalah jawabannya.

Seperti dikutip dari Cnet, Selasa (23/12/2014), sejumlah lembaga yang mengeksplorasi tata surya, termasuk NASA, mengungkapkan bahwa selain Mars ada kandidat planet terbaik lain yang dapat untuk membangun peradaban atau kota, yaitu Venus.

Venus sendiri diklaim memiliki jarak yang dekat dengan bumi, yakni 36 hingga 26 juta kilometer. Berbeda dengan Mars yang memiliki jarak mencapai 56 hingga 401 juta kilometer yang dianggap sebagai tetangga terdekat Bumi.

Hal tersebut juga diungkapkan sebanding dengan ukuran radius Bumi dengan kiraan jarak 6.052 kilometer dan memiliki kepadatan serta komposisi kimia yang sama.

Namun demikian, banyak hal yang tidak memungkinkan untuk Venus menjadi planet yang bisa dikunjungi. Sebab sebelumnya, sebuah probe telah dikirim untuk melakukan pelacakan permukaan planet. Sayangnya, hanya bertahan dalam dua jam.

Tekanan atmosfer yang mencapai 29 kali lebih besar dari Bumi serta suhu yang mencapai 462 derajat Celsius (863 derajat Fahrenheit) menjadi penyebab probe tidak bisa bertahan. Suhu tersebut diperkirakan setara dengan suhu aktivitas gunung berapi yang sangat ekstrem di Bumi yang terdiri dari sebagian besar karbon dioksida dan sejumlah kecil nitrogen dan lapisan awan yang terdiri dari asam sulfat.

Melalui beberapa analisis dan prediksi yang kuat, NASA tetap mengklaim bahwa Venus adalah kandidat planet yang bisa dibangun untuk sebuah peradaban baru manusia. Hanya, pembangunan kota tersebut harus dibuat mengapung di atas permukaan planet.

Sumber

Kabar gembira! Sering pakai smartphone bikin otak tambah besar


Ternyata sering menggunakan smartphone dengan layar touchscreen pun mempunyai pengaruh positif bagi tubuh manusia. Menariknya, bagian tubuh yang akan berkembang pesat adalah otak.

Berdasarkan penelitian Dr. Arko Ghosh dari Universitas Zurich, terbukti bila otak orang yang menggunakan smartphone dengan touchscreen berukuran lebih besar ketimbang mereka yang menggunakan ponsel.

Selain frekuensi pemakaian smartphone yang tinggi, pembesaran otak terjadi akibat obsesi baru manusia terhadap teknologi canggih smartphone itu sendiri.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan oleh seorang pengguna dengan smartphone touchscreen mereka, maka akan semakin besar jaringan saraf yang menghubungkan otak dan jari-jari tangan. Hal ini dapat meningkatkan ukuran dan kemampuan dari lapisan otak somatosensory yang terletak di bagian tengah otak.

"Teknologi digital yang kita gunakan sehari-hari telah membantu membentuk proses penerimaan rangsang di otak kita," ujar Dr. Ghosh, Daily Mail (23/12).

Smartphone memang diklaim memaksa manusia untuk melakukan kegiatan dengan jari tangan (jempol dan telunjuk) yang sebelumnya asing dalam sejarah evolusi manusia. Terlebih saat ini, banyak orang yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari hanya untuk 'mencolek-colek' layar smartphone.

Nah, kebiasaan baru inilah yang nantinya juga berperan dalam proses evolusi baru umat manusia. Imbasnya, kecepatan reaksi dan sensitifitas jari tangan manusia akan terus berkembang pesat.

Dr. Ghosh juga mengibaratkan peran smartphone pada jari mirip dengan yang terjadi pada otak pemain musik yang menggunakan jari untuk memainkan instrumen. Bagian otak yang menghubungkan tangan diketahui lebih besar pada pemain-pemain musik itu.

Sumber

BlackBerry Rio bakal dibanderol Rp 3 jutaan



BlackBerry Rio sebagai calon smartphone kelas menengah produsen asal Kanada ini diperkirakan bakal hadir dengan harga di kisaran Rp 3 juta.

Smartphone yang ditargetkan untuk pasar gadget di negara berkembang ini akan hadir di pasaran dengan desain kotak unik yang dikombinasikan dengan layar sentuh berukuran 5 inci dengan resolusi 1280x720 piksel.

BlackBerry Rio yang juga diklaim sebagai penerus dari BlackBerry Z3 ini akan hadir dengan dibekali prosesor dual-core 1.5 GHz MSM8960, RAM 2GB, internal memori 16GB, kamera belakang 8MP, kamera depan 2MP, dan baterai berkapasitas 2.800 mAh.


Selain itu, smartphone BlackBerry Rio ini juga bakal hadir dengan kemampuan bekerja hingga jaringan 4G LTE hingga bisa memanfaatkan koneksi jaringan cepat ini yang juga mulai hadir di Indonesia.

Dilansir Ubergizmo (23/12), kemungkinan besar BlackBerry Rio akan hadir di 2015 mendatang dengan banderol kurang dari USD 300 atau di bawah Rp 3,7 juta.

Sumber

Rabu, 24 Desember 2014

Bersiaplah! 7 Tren teknologi tahun 2015 ini akan mengubah dunia


Merdeka.com - Tahun 2014 sebentar lagi akan berakhir, namun perkembangan teknologi akan terus melesat di tahun depan. Manusia pun dituntut untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi di tahun 2015, karena dunia bisa berubah drastis di tahun depan.

Kebangkitan beberapa tren baru di bidang teknologi yang saat ini masih tengah tertidur bisa memberikan dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Mulai dari hal sepele seperti baterai smartphone hingga teknologi kelas atas seperti robot diprediksi akan mendominasi kehidupan manusia mulai tahun depan.

Lalu apa saja tren teknologi lain yang berpengaruh hebat bagi umat manusia di tahun 2015? Berikut ulasannya.


1.Uang elektronik dan dompet digital
Kelahiran konsep mobile payment seperti Apple Pay yang dikombinasikan dengan teknologi NFC (Near Field Communication) yang ada di perangkat mobile dipercaya akan booming di tahun 2015.

Keberadaan dompet digital pun secara otomatis akan berkembang pesat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik individu atau badan usaha. Saat ini saja, sudah banyak startup dan pemain dunia teknologi raksasa yang mengaplikasikan pembayaran mobile dan dompet digital di aplikasi buatan mereka.

Bank Indonesia (BI) pun sudah mengkomersilkan uang elektronik bagi warga Indonesia. Iklan uang elektronik BI juga sudah terlihat berseliweran di YouTube.

Terlebih mobile payment lewat konsep crowdfunding pun semakin menjamur dan menjanjikan sumber pendanaan yang besar bagi setiap orang diluar sana dengan metode yang kian mudah.


2.Layar fleksibel
Sejak kemunculan smartphone layar lengkung milik LG dan TV berkonsep 'curved' dunia teknologi semakin tergila-gila dengan layar fleksibel. Para pabrikan teknologi besar seperti Samsung sudah merintis proyek layar lengkung mereka lewat kehadiran smartphone Galaxy Edge dan deretan TV Curved mereka.

Kebangkitan layar fleksibel pun diprediksi akan terus berlanjut di tahun 2015, terlebih saat para produsen hardware kenamaan seperti Intel akan siap memproduksi layar fleksibel lewat teknologi WiDi (Wireless display).

Bahkan, perusahaan penyedia lapisan layar terkemuka di dunia, Corning, pun telah membuat versi kaca Gorilla Glass super yang lentur dan dapat diadaptasikan di banyak permukaan non datar.

Oleh sebab itu, kita mungkin akan menemukan banyak perangkat yang terpasangi layar lengkung, seperti kulkas atau microwave, selain smartphone tentunya.


3.Teknologi nano
Nasib teknologi nano juga tidak kalah cerah di tahun 2015. Berbagai benda disekitar kita, misalnya kain dan bahan konstruksi bangunan dapat dibuat dari teknologi nano untuk meningkatkan fungsi dan kekuatannya.

Benda-benda baru pun yang terbuat dari teknologi nano pun diprediksi terus bermunculan di berbagai bidang. Tahun ini saja ilmuwan sudah mampu membuat DNA manusia dari robot-robot 'nano' yang segera dikomersilkan tahun depan.

Sebelumnya, kita sudah melihat pemanfaatan teknologi nano di bidang kesehatan seperti 'sangkar nano' dari robot super kecil yang bertugas mengantarkan obat pembunuh sel kanker langsung ke sel kanker itu sendiri.

Bisa dibayangkan perubahan yang terjadi pada hidup manusia saat teknologi nano semakin menampakkan 'taring'nya.


4.Big data
Selain minyak mentah, benda apa yang saat ini hampir tidak ternilai harganya? Jawabannya adalah data! Tren pemakaian data dalam kapasitas besar atau Big Data diperkirakan akan semakin kuat pengaruhnya di tahun 2015.

Perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Intel dan IBM sudah siap merubah data menjadi salah satu aspek penting dalam mengambil keputusan. IBM misalnya, sudah membuat sebuah superkomputer yang siap merubah data dari Twitter menjadi sumber daya berharga bagi banyak pihak. Data-data tersebut juga termasuk penanganan berbagai macam penyakit matikan seperti kanker.

Tahun 2015 juga menjadi titik awal banyak perusahaan dunia yang mulai menggunakan data dan 'angka-angka' sebagai alat utama sebelum bertindak.


5.Robot lebih dekat dengan manusia
Menurut Profesor Julie A. Shah yang memimpin proyek robotika di MIT, terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap masa depan 'cerah' dari robot. Hal ini lah yang membuat produksi robot akan meningkat pesat tahun 2015.

"Di tahun 2015, kita akan melihat semakin banyak robot berkeliaran," kata Profesor Sangbae Kim dari MIT.

Contohnya adalah Google yang sudah berancang-ancang merilis mobil otomatis pertama mereka. Amazon juga tidak mau kalah dengan membuat pembantu kegiatan pabrik seperti Robo-Stow dan Kiva.


6.Kecerdasan buatan (AI)
Tahun 2015 adalah milik kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Tetapi jangan khawatir AI akan mengambil alih dunia, sebab sampai saat ini hal paling 'pintar' yang bisa mereka lakukan adalah menganalisa kebiasaan atau bahasa dari manusia.

Namun, Microsoft misalnya sudah semakin dekat dengan penciptaan AI dengan kemampuan seperti otak manusia. Bisa dibayangakan saat AI mulai bisa berpikir seperti manusia potensi apa yang bisa dibuka, seperti menerjemahkan berbagai bahasa di dunia hanya lewat suara.

Google juga sudah terjun dalam proyek AI super, lewat salah satu insinyurnya Demis Hassabis. Pria yang juga memimpin perusahaan teknologi DeepMind tersebut sedang berusaha membuat AI yang dapat meniru cara kerja sel saraf pada manusia. Wow!

7.Baterai 'wireless'
Seberapa canggihnya smartphone yang Anda miliki, perangkat itu akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada baterai di dalamnya. Sayangnya, baterai lithium-ion seperti yang saat ini banyak dipakai oleh vendor smartphone tidak mampu menghasilkan kapasitas penyimpanan yang besar.

Nah, permasalahan itu sudah dipecahkan oleh National Institute of Standards and Technology. Institut asal Amerika itu berhasil membuat baterai baru dengan bahan utama sodium, bukan lagi lithium.

Mereka mengklaim bila baterai baru itu dapat menghasilkan energi yang lebih besar dan kuat, serta tetap stabil saat digunakan. Tidak hanya itu, baterai sodium pun bisa dibanderl dengan harga yang lebih murah kerena proses pembuatannya lebih sederhana.

Kelahiran baterai sodium bertepatan dengan berkembangnya teknologi wireless charging (pengisian daya tanpa kabel). Sata ini hampir seluruh gadget premium baru dibekali dengan fitur wireless charging. Kombinasi baterai sodium dan wireless charging berpeluang besar menguasai 2015.


Mengintip Sembilan Ponsel yang Bakal Bersinar di 2015


LONDON – Industri ponsel dunia semakin bergairah. Produsen-produsen ponsel dunia berlomba-lomba menyajikan fitur terbaiknya pada ponsel produksinya.

Pada 2014 ini saja berbagai produsen ponsel berlomba-lomba menonjolkan keunggulan dari produk mereka, seperti kemampuan kamera, prosesor, dan ketahanan baterai. Setelah dimanjakan dengan ponsel-ponsel di 2014, kini saatnya mengintip jagoan-jagoan ponsel di 2015. Berikut Okezone kutip dari Pcadvisor, Selasa (23/12/2014).

Samsung Galaxy S6
Jika Anda penggemar Samsung, maka Samsung Galaxy S6 ini perlu dipertimbangkan. Samsung Galaxy S6 ini merupakan perbaikan dari seri S sebelumnya yang menggunakan desain berbahan plastik dan meggantikannya dengan desain berbahan logam seperti Galaxy Alpha. Selain dari sisi desain, Galaxy S6 juga mengusung layar quad HD.

HTC One M9
Produsen asal Taiwan, HTC tidak dapat dianggap sebelah mata. Seri HTC ini dikabarkan akan membentangkan layar 5,2 inci dengan layar quad HD chipset Snapdragon 850 dan RAM 3GB.

Sony Xperia Z4
Belum lama ini Sony telah meluncurkan seri terbarunya Sony Xperia Z3 pada September lalu. Di 2014 ini, Sony dikabarkan akan meluncurkan generasi penerusnya Sony Xperia Z4 pada Maret mendatang di IFA. Belum ada spesifikasi mengenai seri terbaru itu, namun Xperia Z4 dikabarkan akan menjalankan sistem operasi Android Lollipop dengan kemampuan octa core dan layar quad HD.

LG G4
LG sempat mengklaim bahwa LG G3 merupakan ponsel terbaik yang bisa didapatkan selama 2014. Di 2015 ini LG dikabarkan akan mendatangkan seri terbaru LG G4, tentunya dengan spesifikasi yang lebih baik.

LG G4 ini dikabarkan memiliki layar dengan super slim bezel dengan layar Quad HD. Ponsel flagship milik LG ini dikabarkan mengusung prosesor quad core Snapdragon 805 yang mampu berpacu dikecepatan 2,7 GHz.

iPhone 7
iPhone 6 dan iPhone 6 Plus telah dirilis September lalu. Apple dikabarkan sedang mempersiapkan iPhone 7 yang akan diluncurkan September 2015. iPhone terbaru ini dikabarkan akan berjalan pada iOS 9, berbeda dengan pendahulunya yang hanya berjalan pada iOS 8.

Samsung Galaxy Note 5
Samsung Galaxy Note 4 telah diluncurkan oleh Samsung di 2014 ini. Pada 2015 ini Samsung dikabarkan akan meluncurkan Galaxy Note 5. Sayangnya, Samsung tidak ingin merilisnya hingga September 2015. Bagi penggemar Samsung, nampaknya ponsel ini patut untuk ditunggu.

New Nexus 6
Nexus nampaknya akan menghadirkan seri terbarunya new Nexus 6, setelah sebelumnya berhasil meluncurkan Nexus 6 di 2014. Generasi penerus Nexus 6 ini diharapkan akan membawa spesifikasi yang lebih baik dibanding sebelumnya. New Nexus 6 dikabarkan akan berjalan pada sistem operasi Android terbaru, yakni Android 6.0.

OnePlus Two
OnePlus One merupakan salah satu ponsel flagship killer di 2014. OnePles One diklaim memiliki piranti yang dapat bersaing di kalangan ponsel premium seperti Galaxy S5, HTC One (M8) dan LG G3.

Generasi keduanya mendatang dikabarkan akan menjadi ponsel flagship killer di 2015. OnePlus Two dikabarkan akan hadir pada pertengan 2015.

Tesco Hudl Smartphone
Tesco Hudl memang terasa asing di pasar ponsel Indonesia. Hudl smartphone dikabarkan akan menyasar kalangan high-end. Perangkat ini seharusnya dapat dinikmati masyarakat pada 2014 ini, akan tetapi Tesco memutuskan untuk menahan perangkat meraka guna memastikan semua perangkat berjalan baik.

Sumber

10 ‘Dosa’ Film King Suleiman

Film King Suleiman mulai ditayangkan di ANTV, Senin (22/12/2014) malam. Segera, film seri yang menceritakan Sultan Sulaiman Al Qanuni ini menuai protes umat Islam. Berikut 10 ‘dosa’ yang membuat film produksi Tims Productions ini diprotes:

Tidak sesuai fakta sejarah

‘Dosa’ terbesar film King Suleiman adalah mengisahkan Sultan Sulaiman Al Qanuni, tetapi memasukkan banyak unsur fiktif yang bertolak belakang dari sejarah. Hal ini pula yang membuat Erdogan mengecam film tersebut ketika ditayangkan di Turki akhir 2012 lalu.

Mengadopsi novel The Sultan’s Harem

Alih-alih mengambil cerita dari buku sejarah, cerita dalam film King Suleiman justru mirip dengan novel berjudul The Sultan’s Harem karya Colin Falconer. Bahkan di Timur Tengah, film ini juga diberi judul yang maknanya sama.

Tentu saja, novel itu bukanlah buku sejarah. Banyak cerita fiksi yang dimasukkan, bahkan cenderung mendominasi. Seperti judulnya, porsi terbesar cerita dalam novel itu adalah harem (para wanita yang dihimpun dan dipercantik untuk disajikan di ranjang raja) dengan segala kencatikan-keseksian dan intriknya. Itu pula yang dihadirkan dalam film King Suleiman.

Wanita-wanita tak menutup aurat

Film King Suleiman menampilkan wanita-wanita di istana Daulah Utsmaniyah, baik harem maupun istri Sultan, sebagai sosok yang tidak berjilbab dan berpakaian seksi. Bisa jadi pembuat film mengambil model masyarakat sekuler Turki pasca Mustafa Kemal. Padahal, pada zaman Sultan Sulaiman Al Qanuni, Daulah Ustmaniyah menerapkan undang-undang dari syariat Islam yang tentu saja mewajibkan perempuan muslimah berjilbab. Apalagi istri Sultan. Sebab beliau digelari Al Qanuni karena penerapan undang-undang berbasis syariat Islam tersebut.

Tarian erotis di depan Sultan

Dalam film King Suleiman, bahkan sejak episode perdana, digambarkan Sultan disuguhi tarian-tarian erotis di depan matanya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pribadi Sultan dalam sejarah Daulah Utsmaniyah. Bahkan, jika tidak disensor, film tersebut juga menampilkan adegan ‘ranjang’.

Sultan yang angkuh

Di film King Suleiman, Sultan Sulaiman Al Qanuni digambarkan sebagai sosok yang angkuh. Padahal, dari buku-buku sejarah Islam, Sultan Sulaiman Al Qanuni adalah sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Karenanya ia menjadi salah seorang pemimpin Daulah Utsmaniyah yang paling disegani.

Sultan suka berganti-ganti pasangan

Dalam film ini, Sultan juga digambarkan sebagai pria yang suka berganti-ganti pasangan. Bahkan dalam novelnya, Sultan bisa memilih siapa saja harem yang akan menemaninya di ranjang.

Penyesatan informasi

Meskipun ada yang membela film tersebut hanya sebuah hiburan, nyatanya film mampu membentuk persepsi jutaan penonton terhadap kisah yang difilmkan. Dengan cerita yang tidak sesuai sejarah, film tersebut sengaja atau tidak sengaja telah membelokkan sejarah Sultan Sulaiman Al Qanuni dan Daulah Utsmaniyah dalam benak masyarakat.

Merusak citra Daulah Islam

Dengan menitikberatkan cerita pada harem dan percintaan yang sebenarnya fiktif, film King Suleiman membuat citra Daulah Islam ternoda. Apalagi, masa Sulaiman Al Qanuni dikenal dalam sejarah Islam sebagai puncak keemasan kekhilafahan Turki dengan berkembangnya dakwah ke tiga benua.

Merusak citra pemimpin Islam

Meskipun film ini hanya bercerita soal Sultan Sulaiman, tetapi bisa membentuk persepsi orang-orang awam atau yang belum mengenal Islam dengan baik berkesimpulan bahwa kehidupan pemimpin Islam tak ubahnya seperti gambaran film tersebut. Erat dengan wanita seksi, tarian, dan kebobrokan moral.

Merusak citra Islam

Gabungan dari sembilan ‘dosa’ sebelumnya dapat membentuk ghazwul fikri yang cukup dahsyat. Meskipun pada awalnya hanya ‘menyerang’ Sultan Sulaiman Al Qanuni, lalu Daulah Utsmaniyah, pada akhirnya juga mengarah pada citra Islam. Orang-orang awam, terutama non muslim, bis amengambil kesimpulan bahwa Islam adalah seperti apa yang difilmkan. Jika persepsi itu yang muncul, mereka dapat terhalang dari dakwah Islam karena menutup diri berdasarkan informasi awal itu.

Karenanya, tugas dari para ulama dan para dai, jika film seperti ini tetap ditayangkan maka sejarah yang benar tentang Islam harus disebarluaskan lebih massif. Dan akan lebih baik lagi jika dibuat film-film Islami yang sesuai dengan sejarah seperti Ar Risalah dan Omar.

Sumber

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.20

hari yg dingin kali ini diakhiri dengan hujan yg turun deras sejak petang. indra sudah meringkuk di balik selimutnya yg hangat beberapa saat setelah hujan turun. gue sendiri belum ngantuk, jadi gue putuskan malam itu duduk nonton televisi sambil otak gue menerka-nerka kira-kira apa yg akan ditanyakan bos gue di kantor besok terkait absennya gue hari ini. dan baru saja gue berhasil memunculkan bayangan bos gue sedang memandang galak ke arah gue dari balik mejanya ketika pintu kamar indra terbuka.

"hei meva," gue buru-buru menoleh ke arah pintu.

"eh, ng......kirain kalian tidur di sebelah lagi kayak semalem," katanya.

"emang kenapa?"

"yaah gue pikir gue bisa tidur di kasur lagi. hehehe.."

"si indra udah tidur dari tadi. kalo mau lo bisa tidur di kamer gue aja, di sana juga ada kasur."

"lho, bukannya kamer lo yg ini ya?"

gue menggeleng.

"ini kamer indra. kamer gue yg sebelah." gue berjalan ke pintu dan melewati meva. tiba di depan pintu kamar gue berhenti. "tidur di kamer gue aja, biar nanti gue tidur di sini."

"eh, nggak usah lah. udah biar aja, gue tidur di kamer sendiri nggak papa."

"maksud lo, malem ini lo tidur kayak tadi sore tanpa kasur dan bantal?"

meva mengangguk. sedikit ragu.

"udah biasa kok," katanya pelan.

"jangan dibiasain."

"mau gimana lagi? keadaannya emang kayak gitu kok."

"itulah salahnya. jangan biarkan keadaan mengalahkan kita. kita yg harus mengalahkan dia," gue membuka pintu kamer gue. "gue janji nggak akan masuk kamer ini selama lo ada di dalem. tenang aja."

"udah lah biasa aja sih. nggak perlu repot-repot, biar gue tidur di kamer sendiri. gue nggak enak ngerepotin lo mulu."

"sedikit ngerepotin tapi kalo ikhlas nggak masalah kok."

"gue tidur di kamer sendiri." agaknya dia memaksa.

"oke," gue masuk kamer lalu melipat kasur menjadi satu tumpukan besar.

"mau diapain tuh kasur?" meva melongok dari pintu.

"gue pindahin ke kamer lo."

"eeh...nggak perlu, nggak perlu. oke gue tidur di sini." meva masuk dan mendorong gue menurunkan kasur yg sempat gue angkat.

"oke silakan menikmati mimpi yg indah nona.." gue melangkah mundur. "anggep aja kamer sendiri."

"nah, lo sendiri mau ke mana?"

"bawel. ya ke kamer indra lah, masa mau bareng tidur di sini?"

"enggak, maksudnya kok buru-buru amat? masih jam tujuh nih, gue juga belum ngantuk."

"mau kopi?"

meva menggeleng.

"teh anget?" tanya gue lagi.

"boleh," jawabnya. "ujang gini asyik tuh minum teh anget."

"kalo gitu silakan bikin sendiri. teh sama gulanya ada di kaleng di samping dispenser," gue menunjuk ke sudut kamar. "jangan lupa nyalain dulu pemanas dispensernya."

"gue bikin sendiri gitu?" protes meva.

"yaelaah...timbang teh gituan aja masa kudu dibikinin sih? lo kan cewek?"

"apa hubungannya cewek sama bikin teh?"

"ya biasanya yg cekatan bikin kayak gituan kan cewek?"

"nggak mau. lo aja deh yg bikin teh nya."

gue kernyitkan dahi.

"kok malah gue?" gue juga protes. "kan elo yg mau minum teh?"

"ya udah deh nggak jadi. gue udah nggak tertarik," dia memasang wajah cemberut.

gue mendengus pelan. ni cewek masih aja nyebelin. gue jadi penasaran apa dia emang ngeselin sejak lahir?

gue masuk dan melangkah mendekati dispenser, menyalakan pemanas, lalu mulai menuang gula dan memasukkan teh celup ke dalam gelas kosong tanpa air.

"lo sendiri nggak bikin?" tanya meva ketika gue menyodorkan segelas teh manis hangat yg baru saja gue buat.

"gue lagi nggak pengen," jawab gue pendek.

meva berhati-hati sekali meminum teh yg masih mengepulkan asap ke wajahnya.

"lo mau langsung tidur?" tanya meva.

gue menggeleng.

"kalo gitu kita ngobrol aja sambil duduk di luar," ucap meva. dia keluar dan duduk di tembok balkon. gelas teh hangat ditarohnya di sebelahnya.

gue sih ngikut aja. meva duduk di tembok balkon, sedikit demi sedikit meminum teh manisnya sementara gue berdiri bersandar pada tembok. kami menikmati dinginnya angin yg berembus dingin.

"thanks ya tehnya manis, gue suka," katanya.

gue mengangguk pelan. gue amati baik-baik wajahnya. masih ada kemuraman di raut mukanya.

"kalo boleh tau, lo gawe dimana?" gue beranikan diri bertanya.

"gue kuliah kok di UN**KA, semester empat."

"ooh.. lo asli sini?"

"bukan, gue lahir dan besar di Padang."

"wah, kok bisa nyasar ke Karawang?"

"namanya juga orang nyasar, bisa kemana aja kan?" dia tersenyum simpul. "lo sendiri orang mana?"

"gue dari sebuah kota kecil di Kalimantan."

"rasanya gue nggak perlu tanya kenapa lo bisa ada di sini kan?" dan kami tertawa kecil.

malam itu kami berdua mengobrol tentang asal-usul kami, cerita masa kecil dan masa-masa sekolah dulu, serta beberapa motivasi yg gue kejar di perantauan ini sambil diselingi candaan segar dari meva. seperti sudah gue duga, meva memang orang yg menyenangkan. dia pintar mencari bahan pembicaraan. memang baru sebatas perkenalan nggak formal tapi well, malam ini cukup menyenangkan mengobrol ditemani rintikan hujan. lama kami ngobrol sampai lupa waktu. kami baru tidur saat malam mulai beranjak pagi...

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.19

sore harinya gue terbangun dengan wajah tertutup sebuah amplop putih kecil berkop tinta biru. nampaknya amplop resmi dari lembaga tertentu, dan karena nyawa gue belum sepenuhnya kumpul, gue taruh amplop putih itu di atas galon. sambil menggeliat melemaskan otot gue mulai berfikir soal menu makan yg enak sore ini.

baru saja gue melangkah keluar kamar saat terdengar suara indra memanggil dari tembok balkon.

"tuh surat sakitnya tadi gue taro di muka lo," katanya.

"oh, sembarangan aja lo naro barang gituan di muka gue. mending tuh amplop nggak basah kena iler," gue melangkah dan duduk di kursi. "laper nih. udah beli makan belom?"

"udah barusan."

"yaah nggak bisa nitip dong gue?"

"skali-kali beli sendiri lah."

"busett...jahat amat lo. kan selama ini yg sering nitip tuh elo, gue yg jadi babu."

"pahala...ri...pahala. lo mau masuk surga kan?"

"nggak gitu juga kali."

indra tertawa.

"eh, si cewek aneh kemana?" tanyanya. "dari tadi gue nggak liat dia."

"mana gue tau? kan lo liat sendiri gue baru bangun?"

"tau tuh, sejak gue bangun satu jam yg lalu gue nggak liat dia di kamer gue."

"berarti lagi di kamernya."

"ngapain?"

"pertanyaan bodoh yg nggak perlu gue jawab."

"kenapa?"

"pertanyaan tolol yg nggak perlu gue jawab."

indra diam.

"padahal kalo kakinya nggak cabik-cabik kayak gitu, dia seksi lho," katanya lagi.

"lo suka sama tuh cewek?" tanya gue menyelidik.

"kagum man.. tolong lebih dibedakan antara kagum dan suka."

"dia cantik kok. ramah pula, sebenernya..kalo kita udah kenal deket."

"lo demen sama tuh cewek?"

"sekali lagi lo ngajuin pertanyaan bodoh, gue jorokin lo ke bawah."

"yaelah...gitu aja pundung. kalo emang nggak ya udah nyantai aja lagi."

"udah ah gue cari makan dulu," kata gue melangkah turun.

"gue titip sop buah ya?" teriak indra saat kaki gue memijak anak tangga ke tiga. gue jawab dengan acungan jempol.

ah, sore begini asyiknya makan yg pedes-pedes. mie ayam langganan di depan gang selalu jadi pilihan tepat buat menu kuliner sore. kali ini gue sengaja pesen yg pedes banget. setelah mendapat pesanan indra gue mampir ke salahsatu warteg. gue beli nasi telor karena gue pikir meva pasti belum makan. jadilah gue kembali ke kamar dengan tiga bungkusan berbeda.

"ciyee...perhatian amat lo," komentar indra melihat nasi bungkus punya meva.

gue melangkah menuju kamar meva. tiga kali gue ketuk pintunya nggak ada jawaban, jadi gue putuskan langsung masuk dan mendapati meva sedang terlelap di lantai dengan berbantal lengannya.

"hei..hei...bangun," gue goyang-goyang bahunya. "makan dulu baru lanjutin tidurnya."

kedua matanya terbuka. dia terperanjat kaget melihat gue di sebelahnya.

"ngapain lo?" tanyanya penuh selidik.

"gue belum ngapa-ngapain kok, lo udah keburu bangun dulu. tidur lagi deh biar bisa gue apa-apain," canda gue.

'PLAKK!'

sebuah tamparan mendarat telak di pipi gue.

"busettt ! galak bener non. gue kan becanda doang."

meva memasang wajah nggak senangnya.

"becanda lo jelek," sungutnya.

"ya udah nih," seraya gue serahkan bungkusan nasi telor di tangan gue. "gue cuma mau ngasih ini aja. nih air minumnya, dan ini obat yg harus lo minum. jangan lupa diminum obatnya."

"lo mau ke mana?" tanya meva begitu gue beranjak pergi.

"balik ke kamer, daripada kena tampar lagi."

"maaf...."

gue hentikan langkah.

"lo bilang apa barusan?" kata gue.

"maaf...soal yg tadi. gue memang suka bereaksi berlebihan."

"kalo kata maaf berguna, buat apa ada polisi?"

"emang apa gunanya polisi? maling aja banyak yg berkeliaran."

gue pandangi matanya yg sayu. takjub bercampur heran, ternyata cewek ini 'bisa' ngomong juga.

"kalo butuh apa-apa ke kamer gue aja," lanjut gue lalu mundur dan menutup pintu kamarnya.

baru sedetik tertutup tiba-tiba pintu terbuka lagi.

"ari," panggil meva.

"kenapa?" tanya gue.

"thank's buat nasinya."

gue mengangguk.

"thank's juga buat tamparannya," gue dalam hati...

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.18

pintunya nggak dikunci. dengan mudah gue membukanya dan mendapati cewek itu sedang duduk memeluk lutut di sudut kamar yg gelap dan pengap. gue meraba-raba dinding mencari saklar lampu.

"jangan nyalain lampu," kata Meva tanpa menoleh ke gue. isaknya terdengar lirih di ruang kosong ini.

"kenapa?" sahut gue. telunjuk gue tertahan di saklar.

Meva menggeleng. wajahnya masih terbenam di lututnya.

"ada yg mau lo ceritain? seenggaknya sedikit bercerita dengan orang lain adalah lebih baik daripada dipendam sendirian," kata gue sok bijak.

"bukan urusan lo."

"heh, lo pikir kalo ada seseorang yg dengan bodohnya nyoba bunuh diri di depan mata lo, itu bukan urusan lo?? huh..mungkin lebih baik kemaren gue biarin lo mati tolol di WC." kata gue dengan sengitnya.

gue sengaja ngomong begitu untuk memancing emosinya. kalau manusia normal, gue yakin dia akan mencak-mencak ke gue. tapi yaah mungkin dia memang nggak normal kali yaa? nggak ada reaksi apapun dari dia. hanya duduk dan terdiam.

"come on guys..mau sampe kapan sih lo bisu gitu? cerita aja apa masalah lo, siapa tau gue bisa bantu."

dan seperti yg sudah terjadi sebelumnya, cewek aneh ini tetap diam dalam bisu nya. rasanya gue mulai nyerah ngajak dia bicara. gue putuskan keluar, menutup pintu lalu duduk di bawah jendela kamar. masih dengan gitar di tangan, gue mulai bernyanyi.

kalo lo pikir ini seperti cerita-cerita di film india, lo salah. karena entah dapet ide darimana, gue bernyanyi dengan suara tinggi melengking dan dengan nada yg sangat mengkhawatirkan. dan hasilnya? nggak butuh satu menit buat Indra membuka pintu kamar dan melempar sandal tepat ke jidat gue tanpa sempat gue menghindar.

"kerasukan jin ifrit lo ye??" serunya.

gue hanya geleng kepala sambil nyengir lebar.

"semprul lo.!" katanya lalu menutup pintu.

dan gue melanjutkan 'ritual' gue. aneh memang saat kita bernyanyi tapi kita sendiri nggak kenal lagu apa yg sedang dinyanyikan. kunci gitar asal-asalan ditambah suara sumbang, lengkap sudah 'penderitaan' mereka yg mendengarnya.

"mau sampe kapan nyanyi kayak gitu??" sebuah suara terdengar di atas kepala gue.

gue menoleh ke asal suara. Meva nampak muncul dari jendela yg kacanya belum sempat gue pasang lagi.

"bukan urusan lo," jawab gue sekenanya.

"lo udah ganggu ketenangan orang lain. lo bilang bukan urusan gue??"

gue berdiri. menaruh gitar di lantai lalu bicara.

"dengan nyanyi seenggaknya gue bisa mencurahkan perasaan gue. itu lebih baik daripada mojok di kamer yg gelap."

"nyindir nih?"

"sorry deh kalo lo ngerasa kesindir."

"kenapa sih lo demen banget bikin orang kesel?"

"enggak papa, gue seneng aja. dengan begitu kan lo jadi mau ngomong sama gue?" gue mengakhirinya dengan sebuah senyum lebar.

Meva diam. gue lihat matanya sembap karena menangis cukup lama.

"ayo keluar. kita ngobrol di luar. di dalem sumpek," gue menarik tangannya.

"eh..eh...gue masih di dalem nih!" protesnya. "sembarangan aja narik-narik orang."

"oh, maaf gue lupa," padahal gue tadi sengaja.

Meva keluar dari kamarnya dan duduk di tembok balkon. entah kenapa kali ini gue merasakannya lagi. perasaan yg enam bulan lalu pernah gue rasakan saat pertama kali gue melihatnya. saat gue mainkan gitar dan dia bernyanyi di tengah malam.

"Ari," gue sodorkan tangan.

"lo udah tau nama gue," katanya tanpa menghiraukan ajakan gue untuk bersalaman.

"ah iya...gue..baru inget," sumpah gue salah tingkah plus kesel. malu juga sebenernya. tapi gue tetep coba jaga image.

"jadi udah berapa lama?" tanya gue.

"apanya yg berapa lama?"

"yaah..udah berapa lama nama lo Mevally?" kedengarannya konyol banget yak !

"pertanyaan yg nggak perlu dijawab," kata Meva.

"mau minum?"

"thanks. nggak usah basa-basi deh."

"so, apa yg bikin lo sering nangis?"

"harus ya..nanya langsung ke intinya? nggak ada basa-basinya banget."

hhhhhh.....beneran kesel gue sama cewek yg satu ini!!

"gue akui, gue bukan orang yg pinter berbasa-basi. tapi gue jago lho ngasih julukan ke orang."

"maksudnya?" Meva kernyitkan dahi.

"sejak pertama ketemu elo, gue udah punya julukan buat lo. lo mau tau? karena belum tau nama lo, gue kasih lo julukan 'wanita berkaos kaki hitam'." hahaha..(tertawa dengan hambar)

"gue sekarang pake perban putih tuh."

gue perhatikan kedua kakinya yg dibalut perban.

"kalo gitu julukannya wanita ber perban putih.?"

dia tersenyum kecil. wouw ini pertama kalinya gue bikin dia tersenyum. keinginan yg sempat hinggap beberapa waktu yg lalu akhirnya kesampean.

"sakit nggah sih kaki lo?" kata gue.

"lo mau nyoba menyayat kaki lo pake pisau cutter? nanti lo tau sendiri gimana rasanya."

gue menggeleng merinding.

"ngebayanginnya aja ngeri gue," komentar gue.

"lo nggak akan pernah tau sesakit apa rasanya sakit itu sebelum lo ngerasainnya sendiri."

"oiya? tapi kita nggak akan begitu sakit kan seandainya kita mau berbagi dengan orang di dekat kita?"

Meva terdiam. sejenak dia ayunkan kedua kakinya. turun dari tembok lalu kembali ke kamarnya meninggalkan gue sendirian.

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.17

gue hirup rokok di tangan gue dalam-dalam.

"tumben-tumbenan lo ngudud Ri," Indra berkomentar setengah mengejek. siang itu gue dan Indra duduk-duduk di tembok balkon menikmati 'bolos bersama' hari itu.

"lo pikir gue banci?" balas gue.

"eits..jangan salah lo, banci juga ngudud."

"ngudud beneran atau apa nih? yg jelas dong kalo ngomong."

Indra tertawa lebar.

"itu mah hobi lo Ri."

"najis, ogah gue biar dibayar mahal juga."

"jadi lo mau kalo nggak dibayar?"

giliran gue yg tertawa.

"nggak usah bahas masa lalu lo deh," kata gue.

saat itulah pintu kamar Indra terbuka dan Meva keluar berjalan agak tertatih. perban di kedua kakinya pasti sudah membuatnya tidak nyaman.

"mau ke mana lo?" Indra bertanya padanya.

"percuma nggak akan dijawab," kata gue mengingatkan.

"mau ke kamer gue."

gue menoleh kaget. bercampur kesal gue rasa. nggak salah nih cewek ngomong? apa gue yg tadi salah denger yaa? ah, kali aja tadi gue berhalusinasi seolah denger dia ngomong.

"lo kebanyakan dosa sih.." Indra berbisik lalu tekekeh geli.

gue hanya mencibir pelan.

"butuh bantuan?" kata Indra lagi pada Meva.

"nggak perlu, gue bisa sendiri," jawab Meva tanpa menoleh ke arah kami.

beneran loh, cewek itu ngomong!

gue dan Indra saling pandang.

"padahal kalo sama gue dia nggak mau ngomong loh," gue menggerutu kesal.

mata gue menatap lekat sosok wanita itu. dia akhirnya sampai di depan kamar dan masuk ke dalamnya.

"mumpung dia udah pergi, gue ganti seprai kasur dulu deh." Indra bergegas menuju kamarnya dan sepuluh menit kemudian dia sudah kembali lagi dengan gitar cokelat kesayangannya.

"kayaknya bulan ini gue tekor nih," katanya. "mesti beli baju sama seprai baru. gara-gara cewek itu." dia memonyongkan mulutnya ke arah pintu kamar Meva.

"tuh cewek pembawa sial kali yaa?"

"ssstt...jangan kenceng-kenceng entar dia denger marah lho."

"iya gue pelanin deh suara gue," sengaja gue keraskan volume suara gue.

Indra seperti membisikkan kalimat 'bego lu!' tapi entahlah gue sendiri nggak yakin karena biasanya dia bilang 'goblok lu!'.

"kalo gue sendiri nggak mau men judge terlalu dini soal cewek itu," kata Indra. "yg gue pikirkan sekarang adalah apa yg harus kita lakukan sama dia. biar kita nggak kena dampak dari kebiasaan anehnya. gue yakin dia masih punya kemungkinan buat nyerang orang-orang di sekitarnya."

"tapi kan dia cuma melukai diri sendiri? dokter sendiri yg bilang gitu kan?"

"ya sapa tau aja gitu. waspada bos, waspada."

"kalo gue sih nggak takut dia akan nyerang kita. yg gue takutkan gue nggak bisa nahan emosi gara-gara dicuekin sama dia!"

"hahaha....itu mah tergantung elo nya aja, kebanyakan dosa sih."

"gue masih punya stok pahala banyak, jadi tenang aja."

"kalo dosanya lebih banyak ya percuma aja lah," Indra nyengir lebar. "eh, tapi dia nggak sepenuhnya cuek kok. tadi gue ke kamer kan..bubur sama obatnya udah dia makan tuh."

"baguslah. ternyata dia bisa laper juga toh."

rokok di tangan gue habis. gue lempar asal-asalan ke bawah.

"lo kasian nggak sih sama si Meva?" tanya gue.

"jelas gue prihatin lah. nggak kebayang deh kalo gue yg punya keanehan macem itu. iiiihh....sumpah ngeri gue."

"menurut lo kita mesti ngapain?"

"ngapain apanya? ya udahlah biarin aja toh dia bukan siapa-siapa kita kan? kenal juga enggak. tapi yg namanya waspada ya tetep kudu dijaga. biar gimanapun kita yg paling deket sama kamer dia. kamer sebelahnya kan udah pindahan."

"pindah? Mang Eko sama istrinya emang pindah kemana? kok gue nggak pernah liat mereka angkut-angkut barang?"

"ya iyalah nggak akan tau, elo sih ngayap mulu. mereka udah lama pindah kok, dapet dua bulan lah. katanya sih pindah ke Gempol gitu biar lebih deket ke tempat kerja."

gue mengangguk pelan.

"by the way enaknya ngapain nih?" tanya Indra.

"lo udah nenteng gitar kan? ya udah tinggal nyanyi aja."

"lagu apa? request deh, terus salamnya buat sapa aja?"

"haha..lo kata request lagu di radio?" gue menyulut sebatang rokok lagi. lumayan lah gratisan, rokok ini punyanya Indra. tiba-tiba gue teringat sesuatu. "eh, lagunya Jamrud aja yg lagi tenar sekarang. lo apal kan?"

"yg mana?"

"yg ceritanya jam dinding bisa ketawa tuh."

"oh itu. gue tau kok, tapi lo yg nyanyi yaa."

gue mengangguk.

Indra mulai asyik dengan gitarnya. gue pun bernyanyi. sambil nyanyi sekali-kali gue lirik kamar Meva, berharap pintunya terbuka dan dia menghampiri tempat ini. kayaknya lagu ini memang lebih cocok dinyanyikan duet bareng cewek. seperti waktu malam itu..

hey..heyy...kan dia nyebelin? bikin kesel? kok bisa-bisanya gue ngarepin dia nongol terus nyanyi bareng di sini?

ah, bodo amat. gue lanjutkan nyanyi-nyanyi sampai Indra nyerah dan memberikan gitar ke gue.

"ngantuk ah," katanya lalu menuju kamar gue.

gue diam. nggak seru nih nyanyi sendirian. gue beranjak ke kamar Meva. berdiri di depan pintu dan mengetuknya. nggak ada jawaban.

gue ketuk lagi. dan kali ini jelas terdengar suara di telinga gue. suara tangisan seorang wanita.....

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.16

"HUUAA.....JAM SETENGAH SEMBILAAN!!" setengah berteriak gue bangun dan menatap jam dinding.

"berisik. gue juga tau," kata Indra dengan santai sambil kucek-kucek mata.

"lo kok nggak bangunin gue dul?"

"nih, lo liat gue juga masih ileran noh.." dia menunjuk mulutnya. "gue juga baru bangun."

gue pandangi lagi jam dinding. berharap dengan begitu jarum-jarumnya akan berputar mundur. tapi gue tau itu nggak mungkin. hari ini pertama kalinya gue bangun kesiangan di hari kerja.

"santai aja lah nggak usah dibikin panik," kata Indra lagi. dia rebahkan diri di kasur.

"busett..kesiangan gini malah nyantai?!"

"terus mau ngapain? maksain berangkat? kebayang nggak gimana bos lo bakal ngomelin plus maki-maki lo gara-gara dateng terlambat dua jam?"

gue diam. sepertinya gue mendapat pembenaran dari statement Indra.

"so?" tanya gue pelan.

"tidur lagi."

gue diam lagi. masih memikirkan mana yg lebih baik..memaksakan berangkat dan mendapat 'kopi anget' dari bos yg galak atau melanjutkan tidur seperti kata Indra. menganggap hari ini adalah hari kemerdekaan sehingga sekolah diliburkan.

"ngapain puyeng-puyeng? tinggal bilang aja kalo kita sakit. beres kan?"

"sakit kan mesti ada surat keterangan dari dokternya?"

"halaaah...gampang itu mah. bayar sepuluh rebu juga dapet kertas gituan mah."

gue masih berpikir.

"kelamaan mikir lo," kata Indra. "udah lo tau beres aja. entar sore gue bikinin surat sakit buat elo."

"serius lo dul?"

"dua rius, empat, lima, serebu rius gue jamin deh!" dia tertawa lebar.

"asli nggak nih? gue kan nggak pernah bolos gawe. gue nggak pengalaman kayak gituan."

Indra mengacungkan jempol tangannya.

"tenang aja," katanya.

dan terbujuk kata-kata Indra akhirnya gue rebahan lagi di kasur. terlanjur kesiangan Ri, ngapain berangkat? kira-kira kalimat itu yg menghibur gue dari kegalauan. maklum aja, selama enam bulan ini absen gue di kantor sangat baik. baru kali ini gue nggak masuk.

"eh, gimana sama si cewek itu?" mendadak gue ingat Mevally.

"mana gue tau? kan tadi gue udah bilang gue baru bangun. lo coba cek deh ke kamer gue, jangan-jangan dia kabur."

"kenapa sih kalo bagian yg kayak gitu pasti gue yg kena?"

"yaelaah.....timbang ngecek doang jual mahal amat lo? kagak ada pahalanya pisan."

"lo deh yg liat."

"ya udah anggep aja tuh cewek masih ada di kamer gue. beres kan?"

"ah, elo mah suka ngegampangin masalah."

"lha, daripada gue bikin susah? pilih yg mana hayoo??"

gue mendengus kasar.

"iya..iya...gue yg ngecek."

gue lalu beranjak keluar menuju kamar sebelah. pintunya masih tertutup. dengan pelan gue buka pintu dan mendapati wanita itu sedang duduk bersandar ke dinding kamar. sebagian rambutnya menutupi wajahnya dengan mata terpejam.

"hey, met pagii..." gue coba menyapanya.

hening. nggak ada jawaban. padahal gue yakin dia mendengar suara gue.

"met pagii Va.." gue ulangi salam gue.

matanya terbuka. dan dia menatap gue. cuma ada kengerian sendiri melihat tatapannya. gue tunggu dia menjawab salam gue.

"kok nggak jawab salam gue?" gue masih pura-pura menganggap dia nggak mendengar suara gue tadi. "met pagi..."

senyum di wajah gue hilang mendapati kamar tetap hening. wanita itu belum mau mengucapkan sepatah kata pun. hanya sebuah tatapan tajam yg nyaris menusuk menembus kepala gue.

"bangun jam berapa tadi?" gue masih sok ramah. malah sekarang gue duduk di tepi kasur.

sh*t !
wanita ini masih membisu !

"sabar Ri...sabar......" gue dalam hati.

gue alihkan pandangan dari matanya. aneh memang ditatap dengan cara seperti itu. sambil berjaga-jaga siapa tau wanita ini melakukan hal ekstrim, gue mengajaknya bicara lagi.

"lo laper nggak? dari kemaren belum makan kan?" gue ingat nasi goreng semalam yg membusuk di pojok kamar gue.

guys, dia masih clep diem! cewek macem apa sih sebenernya dia???

"gue beliin sarapan ya? nasi atau bubur?"

aaaaarrrgggghh..!!! sumpah pengen banget gue getok kepala tuh cewek! dia bener-bener nggak nanggepin gue yg udah cape ngomong?!

"ya udah gue beliin bubur aja ya," entah kenapa mulut dan hati gue nggak kompak banget.

gue bergegas ke kamar gue, cuci muka lalu turun keluar ke warung nasi langganan gue. biasanya di sana juga sekalian jual bubur. tapi katanya buburnya udah habis jadi ya terpaksa gue jalan ke depan gang ke tempat mangkal tukang bubur sop.

dari sana gue balik ke kamar membawa dua bungkus nasi uduk buat gue dan Indra, serta sekantong kecil bubur sop buat cewek aneh plus nyebelin itu.

"nih, silakan dimakan." gue menyodorkan mangkuk berisi bubur dan segelas air dari dispenser. "kalo udah makan, lo minum obatnya. nih obatnya."

gue sodorkan bungkusan obat ke dekat mangkok.

"nggak perlu gue suapin kan?" canda gue.

sepi.

"ah, cape juga ngomong nggak diladenin! serah lo deh!" gue kesal.

gue masuk ke kamar gue dan langsung melahap nasi uduk tanpa sela, menghiraukan ekspresi keheranan Indra. mending Ndra, lo cuma heran. gue nih cape plus kesel daritadi ngomong nggak diladenin!!

"dasar cewek aneh!" omel gue dalam hati.

Jumat, 15 Agustus 2014

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.15

"jadi gimana nih selanjutnya?" tanya gue ke Indra sambil menatap tumpukan obat yg tadi diberikan dokter.

Indra diam sebentar.

"kita tunggu dia bangun dulu, baru kita bicarakan baik-baik apa yg harus kita lakukan." jawabnya.

potongan kain di kedua kakinya sudah diganti dengan perban oleh dr. Yusuf. wanita berkaos kaki hitam itu kini jadi wanita "berkaos kaki" putih. dalam hati gue sendiri nggak pernah menyangka kaos kaki hitam yg dipakainya ternyata untuk menutupi bekas-bekas luka yg dibuatnya sendiri. muncul rasa iba sekaligus takut melihat sosok wanita yg sekarang sedang tertidur di kasur.

gue melangkah keluar kamar menuju tembok balkon favorit gue. haah...betapa tadi gue masih meratapi kesedihan karena kehilangan Eci dan beberapa jam terakhir pikiran gue tersedot ke wanita berkelainan jiwa bernama Mevally. sekarang waktunya gue mengistirahatkan otak gue.

gue duduk di kursi kecil depan kamar yg gue taroh di sudut tembok balkon. sambil menjulurkan kaki gue coba pejamkan mata. menikmati heningnya malam yg sejuk ini.

"Ri," belum juga lima detik gue pejamkan mata suara Indra terdengar memanggil di sebelah kiri gue berada.

"apa?" gue menoleh.

"gue mau buang pakaian bekas tadi," katanya mengangkat sebuah kantong hitam berisi pakaian berlumur darah yg tadi kami pakai sebelum mandi. "sekalian beli nasi goreng. lo mau nitip?"

"boleh tuh."

sial, begitu tersedotnya pikiran gue sampai-sampai gue lupa sejak siang tadi gue belum mengisi perut.

"pedes nggak? telornya dicampur apa dipisah?" tanya Indra lagi.

"pedes tapi telornya dipisah." itu adalah menu favorit gue kalau makan nasi goreng. ternyata Indra masih belum hafal juga padahal gue sering nitip beli nasi goreng ke dia.

"ya udah tolong lo jagain cewek ini yah.." lanjut Indra lalu melangkah menuruni tangga. suara sandalnya beradu dengan lantai keramik terdengar seperti sebuah irama yg memecah keheningan malam ini.

heyy...kok gue baru sadar yaa malam ini sepi banget nih kosan? pada kemana para penghuni kamar yg biasanya begitu berisik dengan lagu-lagu dari speaker mereka? sekarang malah suara jangkrik yg bersahutan menyanyikan senandung mereka.

dan tiba-tiba gue melihatnya! Echi! dia berdiri di depan tempat gue duduk!!

aah..itu di dalam pikiran gue aja. ketika gue buka kedua mata gue, nggak ada siapapun di sana. hanya sebuah kekosongan yg begitu hampa. sama dengan yg gue rasakan sekarang dalam hati gue.

sangat menyakitkan rasanya mendapati kenyataan orang yg kita cintai harus direnggut dengan cara yg begitu tragis. kadang gue menerka seperti apa wajah "malaikat pencabut nyawa" yg sudah membuat gue merasakan sakit yg sangat ini. dan jantung gue selalu berdegup kencang tanda emosi gue naik setiap mencoba menerka hal itu.

gue menarik nafas berat. ah, rasanya nafas gue selalu berat setelah kehilangan Echi. entah apa yg harus gue katakan buat menggambarkan sakit ini.

gue hanya diam membiarkan otak gue bermain dengan bayangan-bayangan yg berkelebat nggak jelas. entah sudah berapa lama gue terdiam saat sebuah suara membawa gue ke alam sadar.

"woii...malah molor di depan kamer!" suara Indra mengagetkan gue.

"eh, lo udah balik Dul. kok gue nggak denger suara lo ya?"

"orang tidur mana bisa denger suara?" Indra tertawa.

dia menarik kursi dari depan kamar nomor 21 dan menyeretnya ke dekat gue.

"laper banget nih gue," katanya.

"kok elo beli tiga bungkus? lo mau makan dua?" tanya gue melihat jumlah bungkusan nasi di kantong di tangan Indra.

"gue beliin buat cewek itu. kasian dia juga laper gue yakin."

kami mulai menyantap nasi di tangan kami. ah, akhirnya perut gue terisi juga..rasanya seperti dua tahun kelaparan! (lebay...lebay....)

"udah jam sepuluh nih," gue mengecek jam di hp. "tuh cewek belum bangun juga, dan gue yakin nggak akan bangun sampe besok pagi. jadi gimana?"

"kita tidur aja deh. besok gue kan shif pagi."

"ya udah gue duluan yaa," gue buka pintu kamar gue.

"eeh...mau kemana lo?" Indra menarik leher kaos gue.

"kan lo bilang kita tidur dul??" protes gue.

"tidur dimane lo?"

"ya di kamer gue laah. masa di kamer lo?!"

"ide bagus. lo tidur di kamer gue."

"lho, kok gitu? kan ada si Meva di sana? lo mau temen lo ini diperkosa sama tuh cewek??"

"aje gile! otak lo isinya bokep mulu!" Indra menepuk jidat gue. "tenang aja lo nggak akan diperkosa sama dia. paling juga kepala lo dikuliti pake silet pencukur jenggot!"

"ogah ah! gue tidur di kamer gue!"

"ya udin gue ikut."

"dari tadi kek bilang lo numpang di kamer gue gitu..kan nggak perlu debat nggak penting."

"yaah...penting nggak penting serah lo aja dah."

dan kami mulai mencari tempat yg nyaman untuk mengirim kami ke alam mimpi.

"eh, pintu kamer gue belum ditutup." kata Indra.

"ya udah tutup sana."

"lo aja deh yg nutup."

dengan terpaksa akhirnya gue beranjak keluar hendak menutup pintu kamar Indra. wanita itu masih tertidur di sana. gue sempatkan memandang wajahnya sesaat. hmm...manis juga sebenarnya. dan wajah itu pun menghilang tertutup daun pintu yg gue tutup..

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.14

"Ri...bangun Ri....." sebuah tepukan di bahu membangunkan gue. "ikut gue."

kepala gue mendadak pening. gue baru saja tertidur selama beberapa menit. tidur sebentar selalu nggak baik buat gue. perlahan gue bangkit dan mengikuti Indra ke tembok balkon. bahkan saat itu gue nggak menyadari pakaian gue masih belepotan darah wanita itu.

"kita harus bereskan ini sebelum yg lain tau," kata Indra melirik percikan darah yg menghubungkan dua pintu kamar.

"gimana sama si Meva? kita perlu bawa dia ke rumah sakit."

"enggak. lo tau sendiri kan dia ngotot nolak ke rumah sakit? biar gue minta dokter kenalan gue ke sini. makanya gue butuh bantuan lo. lo beresin kamernya sementara gue jalan yaa?"

gue mengangguk. dan lima menit kemudian mulailah gue membersihkan noda darah di lantai sekitar pintu.

"gue nggak lama kok. magrib juga balik," kata Indra sambil lalu. langkah kakinya menuruni tangga terdengar semakin menjauh.

hufft....gue berdiri mematung menatap pintu kamar Meva. saat berjalan masuk ke sana bau amis langsung menyeruak. bau darah. gue memutar kepala menyapu pandangan ke semua sudut kamar.

hati gue mencelos ketika gue sadar banyak darah di kamar ini. terlalu banyak darah! bekas darah yg mengering di lantai dan tembok.

O my gosh!! pantas saja wanita itu jarang terlihat di sini. dia menjadikan kamar ini hanya semacam laboratorium praktek atau entah apa namanya. hanya ada sebuah rak buku kecil di dalam sini. padahal buku-bukunya sendiri berserakan di lantai.

dan beberapa pasang stoking hitam.........

"tempat macam apa ini???" gerutu gue dalam hati.

gue mendekat ke dinding kamar dekat pintu. jejak tangan berlumur darah membekas jelas dengan beberapa tetes yg baru saja menempel di sana. bahkan sidik jari wanita itu nampak jelas di dinding bercat putih ini.

melihat semua ini maka nggak butuh waktu lama buat gue sepakat dengan hati gue bahwa Mevally, wanita berkaos kaki hitam itu memang gila! ada semacam gangguan jiwa gue yakin itu.

sambil berharap kamar yg sedang gue tempati ini belum jadi lokasi pembunuhan berantai gue bersihkan bekas darah di lantai. beberapa kali gue mengalami kesulitan dengan bercak kering di tembok sebelum gue putuskan menyerah. biar nanti tembok ini dicat ulang untuk menghilangkan bekas darahnya.

lantai sudah gue pel dan buku-buku itu bertumpuk di tempat yg semestinya. kaos kaki hitam wanita itu gue bawa ke kamar Indra. gue yakin dia akan butuh ini nanti. Indra datang saat matahari sudah benar-benar terbenam. dia bersama seorang lelaki paro baya yg kemudian gue kenali adalah Dokter Yusuf.

"dia menderita non-suicidal self injury," kata Pak Dokter saat kami bertiga keluar dari kamar. dia baru saja melihat keadaan Meva.

"apaan tuh Dok?" gue bingung.

"kalo dilihat dari bekas luka-luka yg ada, itu adalah bekas luka yg sengaja dia buat sendiri," Dr. Yusuf coba menjelaskan.

gue merinding sendiri mendengarnya.

"orang bodoh mana yg mau melukai dirinya sendiri??" gue masih sulit mempercayai yg gue dengar barusan. "apa enaknya ngelakuin kayak gitu, nyobek-nyobek kulit tubuh?!"

"itulah yg saya maksud. non-suicidal self injury atau biasa disebut self injury saja, adalah penghancuran disengaja diskrit jaringan tubuh tanpa maksud bunuh diri," nampaknya Dr. Yusuf mencari bahasa yg mudah gue mengerti. gue dan Indra memperhatikan dengan ekspresi ngeri. "kita coba untuk menghancurkan tubuh kita, tapi kita nggak bermaksud untuk bunuh diri. beberapa perilaku menyimpang ini seperti memotong, membakar dan ukiran kulit untuk mematahkan tulang, atau menempelkan pin dan jarum pada bagian tertentu tubuh kita. biasanya tangan dan kaki jadi sasaran empuk penderita ini melampiaskan keinginannya."

nafas gue seperti tertahan di kerongkongan. bulu kuduk gue mendadak berdiri.

"saya baru denger ada yg kayak gitu Dok," komentar Indra.

"kok bisa...punya hobi ngelukain diri sendiri?" gue mendukung pernyataan Indra. "dia gila tingkat tinggi ya?"

Dr. Yusuf menggeleng.

"penderita self injury ini normal. samasekali nggak menderita kegilaan."

"tapi kenapa bisa kayak gitu??"

"mereka melakukan self injury saat pikiran mereka kalut, takut, pusing atau semacamnya yg sifatnya berlebihan. karena menurut mereka, dengan cara ekstrim seperti itu bisa menenangkan mereka dan membawa rasa lega. mereka menggunakan self injury untuk mencoba merasa lebih baik dalam jangka pendek."

gue dan Indra terdiam. kami hanya saling pandang keheranan takjub, aneh dan tentu saja ngeri mendengar penjelasan tadi!!

"terus..kami mesti gimana Dok?" tanya gue.

"lebih baik bicarakan dengan psikiater, karena ini bukan soal medis belaka, faktor psikis lebih berperan dalam hal ini."

gue benar-benar shock! kegilaan apa ini?? mana ada orang yg mau melukai dirinya sendiri?? hanya orang-orang bodoh yg nggak mensyukuri hidup.

huuffftt.....gue terduduk di kursi depan kamar. sambil mencoba membayangkan rasa sakit akibat melukai diri sendiri, diam-diam gue justru merasa lebih baik kalau wanita itu adalah hantu...

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.13

"DIAM!!!" sebuah tamparan mendarat di pipi kiri wanita itu. seketika dia berhenti memberontak.

dengan cukup terkejut gue menatap bergantian Indra dan wanita itu. gue nggak nyangka Indra akan melakukan hal itu, menampar si wanita.

"gue mau nolong lo...please lo jangan berontak terus," suara Indra terdengar bergetar.

wanita itu diam. nafasnya terengah-engah. saat ini seprai kasur Indra yg berwarna putih sudah nyaris ber metamorfosa jadi warna merah gara-gara darah yg terus mengucur dari kaki si wanita ini.

"Ri, lo lap dulu lukanya. gue bikin perban deh," Indra bergegas membuka lemari baju dan mulai menggunting di bagian depan dan belakang baju yg dia ambil.

"sorry," gue pegang kaki wanita itu dan mulai menyeka darah dari kakinya dengan secarik kaos yg diberikan Indra tadi.

lukanya cukup dalam. meski sekarang darah yg mengucur nggak sebanyak di awal tadi. wanita itu meringis kesakitan saat gue menyentuh lukanya.

and did you know? yg bikin gue merinding bukan darahnya, tapi bekas luka yg ada di sekujur kaki wanita itu, memaksa gue menelan ludah menahan ngeri. banyak sekali luka sayatan di sana, mulai dari paha sampai telapak kaki!! kebanyakan luka lama yg membekas dan belum sepenuhnya menutup, dan ada tiga luka baru yg gw lihat masih mengucurkan darah. rupanya luka inilah yg membuat kami mandi darah hari ini.

saat itu si wanita mengenakan celana jeans pendek biru, tapi sekarang sudah nyaris menjadi merah juga. dan gue bener-bener shock nyaris pingsan melihat semua goresan luka sayat di kaki wanita itu.

apa yg sebenarnya terjadi?? kenapa bisa begitu banyak luka?? siapa yg melakukan ini padanya??? percobaan pembunuhan kah?? atau bunuh diri?? karena di kamar tadi nggak ada orang lain selain wanita itu.

aah, pertanyaan-pertanyaan gila ini mendadak memenuhi ruang kecil di otak gue yg nyaris saja pecah menerima kengerian di depan gue. seumur hidup baru kali ini gue mengalami yg seperti ini!!

dengan beberapa potongan panjang kain dari kaos yg diguntingnya, Indra membalut betis wanita itu. gue sendiri berinisiatif mengelap darah dari tangan si wanita. dia nampaknya sudah lebih menguasai diri sekarang.

dia masih menangis pelan. dari wajahnya gue bisa melihat ada penderitaan yg teramat dalam di sana. entah apa itu, mungkin sesuatu yg sangat sulit untuk dihadapi.

wanita berkaos kaki hitam....kali ini tanpa kaos kaki hitamnya. tunggu, apa dia memakai stocking panjang itu untuk menutupi luka-luka di kakinya?? kalau dilihat dari bekasnya, luka-luka itu jelas adalah luka yg dibuat beberapa waktu yg lalu. cukup lama. berarti, apa mungkin dia sendiri yg membuatnya? tapi untuk apa dia melukai dirinya sendiri?? bukankah itu menyakitkan?? apa tujuannya melakukan hal itu??

huuffftt......gue sandarkan punggung ke dinding. hanya bisa menatap wanita yg tergeletak lemah di atas kasur. mungkin dia tertidur. Indra sudah selesai membalut dan dia baru keluar dari kamar mandi setelah mencuci bekas darah di tangannya.

"buruan mandi, kita akan bawa dia ke rumah sakit," kata Indra.

"jangan...." wanita itu berkata lirih. "jangan bawa gue ke rumah sakit. jangan bawa gue ke sana.."

"eh, cewek aneh. lo itu mengalami luka serius. lo butuh pertolongan yg layak."

"nama gue Mevally, bukan cewek aneh."

Mevally..........akhirnya gue tau namanya.

"oke lah siapapun nama elo, kita harus ke rumah sakit. H-A-R-U-S!!"

"gue nggak apa-apa!" Mevally mencoba bangkit dan duduk.

"nggak apa-apa lo bilang??" Indra kernyitkan dahi. "mandi darah gitu lo bilang nggak apa-apa??? lo nggak ngerasain sakit apa??! gue yg liatnya aja ngeri!"

"gue nggak apa-apa! gue udah biasa!" Meva bersikeras menolak.

hey..apa maksudnya udah biasa?? apa wanita ini benar-benar gila untuk melukai dirinya sendiri??!

"terus, lo pikir lo hebat gitu?? dengan semua luka di kedua kaki lo, lo pikir lo cewek keren?? lo anak Banten yah?" Indra mencibir.

Meva menangis lagi sambil terduduk. gue yg sejak tadi diam mendengarkan jadi iba dengannya. pasti beban di pikirannya sudah melebihi batas yg sewajarnya. ada semacam guncangan hebat yg menerpa dirinya gue yakin.

gue geleng kepala melihat penampilan cewek yg satu ini. sangat acak-acakan. dengan rambut basah oleh keringat dia nampak semakin berantakan.

"ya udah kalo gitu lo tidur aja dulu," gue angkat bicara. "jangan nangis aja."

gue ambilkan segelas air dan menyerahkannya ke Meva. dia memegangnya dengan bergetar.

"minum," kata gue.

dia menurut.

"makasih," ujarnya pelan seraya mengembalikan gelas ke gue.

"lo tiduran aja dulu, jangan banyak gerak." gue membimbingnya merebahkan badan di kasur.

gue sandarkan lagi punggung gue ke dinding. memandang kosong sosok wanita yg tertidur di depan gue. hari ini seperti mimpi. dari dulu gue memang pengen tau tentang wanita ini. tapi bukan dengan cara semacam ini. entahlah, gue harus bersyukur atau apa.

wanita berkaos kaki hitam. dia memang wanita yg misterius........

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.12

"heyy...apa yg terjadi? lo baik-baik aja kan?!" gue gedor pintunya berkali-kali. "buka pintunya!"

panik. berapa kali pun gue memutar handle pintu itu bergeming. tidak ada respon dari orang di dalam. hanya suara tangisnya yg kini lenyap.

"minggir.." Indra memasang kuda-kuda. gue menepi dan kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke pintu berusaha mendobraknya.

"aaaaarrggggh..." suara Indra terdengar miris. dia terhuyung mundur sambil pegangi kaki kanannya yg kesakitan akibat benturan tadi.

"ah lo belagak di film laga aja," komentar gue. aneh memang di saat seperti ini gue pengen ketawa.

cairan merah di bawah pintu masih menjalar sampai nyaris menyentuh ujung kaki gue. gue gedor lagi pintunya. tetap tidak ada jawaban.

"bongkar aja jendelanya," Indra mengusulkan. "nih ambil obengnya di bagasi motor gue."

dengan gelagapan gue menangkap kunci yg dilemparnya. bergegas gue turuni tangga menuju tempat parkir di bawah. bukan tempat parkir khusus memang, hanya halaman kosong yg cukup luas di depan bangunan kamar-kamar ini.

"lagi ngapain lo Ri sama motor gue?" seorang penghuni kamar di bawah muncul ketika gue bersikeras memutar kunci bagasi salahsatu motor di sana.

"gue mau ambil obeng punya Indra, tapi kok nggak kebuka-buka ya dari tadi?" gue sedikit menggerutu.

"jelas nggak bisa. itu kan R* King gue? punya Indra mah yg itu tuh, yg plat nya 'W'."

"upz, sorry bos. gue buru-buru soalnya."

dan semenit kemudian gue sudah berlari lagi menaiki tangga menuju lantai atas. sempat terpeleset dua kali, gue tiba di sana tepat sesaat setelah Indra terhuyung lagi. rupanya dia masih berusaha mendobrak pintu.

"minggir," giliran gue yg beraksi. dengan cekatan gue berhasil melepas engsel jendela kurang dari dua menit.

jantung gue berdebar menebak-nebak apa yg akan gue lihat di balik jendela ini. ada sebuah gorden warna merah terpasang di lubang jendela. bersama Indra gue turunkan daun jendela dan menyandarkannya ke tembok.

"lo aja yg masuk, gue nggak bisa lompat," kata Indra.

nggak butuh instruksi yg ke dua kali buat gue menyibak gorden merah itu dan bau amis langsung menyeruak menusuk hidung. gue sibakkan lebih lebar sementara mata gue terperangah menatap pemandangan di dalam ruang kecil berukuran nggak lebih dari 4x4 meter itu.

sebuah ruangan dengan pencahayaan redup dari bohlam kuning yg kusam yg tergantung di atap. keadaannya nyaris gelap dan gue harus memicingkan mata supaya bisa melihat lebih jelas. sampai akhirnya mata gue bisa beradaptasi dengan kegelapan di dalam sana tangan gue meraba pintu dan membuka gerendelnya.

gue dan Indra segera masuk ke kamar pengap itu. yg pertama menarik perhatian gue adalah bercak darah di depan pintu, yg tadi mengalir keluar lewat celah sempitnya. nampak seperti bekas diseret dan tetesan-tetesannya menitik menuju ruangan yg lebih kecil di sana, kamar mandi. gue dan Indra saling pandang. rasanya kali ini pikiran kami sejalan. maka buru-buru kami buka pintu kamar mandi dan.....baru kali ini gue melihatnya!!

perempuan itu setengah bersandar pada bak mandi kecil di sana. dia mengenakan pakaian lengkap plus kaos kaki merah, ups itu bukan kaos kaki merah. itu darah!!

darah yg mengalir deras hampir menutupi kedua betisnya. kedua telapak tangan perempuan ini juga bersimbah darah. dan di samping tubuhnya ada sebuah belati kecil berlumuran cairan merah.

gue nyaris muntah melihat ini semua. tubuh gue bergetar lebih cepat dari detakan jantung gue.

penampilan perempuan itu sangat mengenaskan. dengan sebagian rambut panjangnya yg menutupi wajah, gue masih bisa mendengar dia terisak pelan menahan sakit.

"gotong dia keluar," kata Indra.

baru saja gue hendak meraih punggungnya ketika tiba-tiba dia mengambil belati dan mengacungkannya tepat di wajah gue.

"jangan sentuh gue!!" teriaknya parau. melengking dan tercekat. mengerikan untuk didengar.

gue diam. Indra juga diam. menunggu apa yg mungkin terjadi.

"keluar kalian!" teriaknya lagi tetap dengan pisau yg teracung di wajah gue.

"tenang Mbak...kita nggak ada maksud apa-apa kok," gue coba berdiplomasi.

"kalian brengsek!! kalian sama aja dengan mereka!!" dia menangis. lebih kencang. sambil tangan yg memegang belati dipukul-pukulkan ke dinding bak mandi. ada kengerian sendiri saat mendengar tiap helaan nafas yg dia lakukan.

"lebih baik kalian pergi..." suaranya lebih rendah sekarang.

gue dan Indra saling pandang. lalu seolah dikomando, gue cekal pergelangan tangannya dan sebisa mungkin gue lepas belati di genggamannya. bunyinya bergemerincing saat mata pisau beradu dengan lantai. perempuan itu sempat memberontak tapi tenaganya yg lemah menjadi sia-sia melawan kami.

dengan kaki dan tangan yg masih kejang-kejang memberontak dia berusaha melepaskan diri. untung tangan gue berhasil menutup mulutnya mencegah dia berteriak menarik perhatian yg lain.

"bawa ke kamar gue dulu," kata Indra. "biar nggak memancing keributan."

dan walau susah payah beberapa saat kemudian kami berhasil memindahkannya ke atas kasur di kamar Indra...

Kamis, 14 Agustus 2014

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.11

N 6689 M

gue pandangi coretan di kertas kecil di tangan gue. sudah dua hari ini gue sering menatap berlama-lama deretan angka itu meski tanpa hasil apapun. dua hari yg lalu saat gue ke kantor Polsek gue mendapat informasi tentang identitas pelaku tabrak lari Echi. salahsatu saksi berhasil menghafal plat nomor sepeda motor yg melarikan diri itu.

sebuah sepeda motor Me*a P*o berplat nomor N 6689 M. untuk identitas pelakunya, sayang belum ada kejelasan karena saat kejadian si pelaku menggunakan helm full face dan jaket kulit serta celana jeans hitam sehingga cukup menutup ciri-ciri fisiknya. yg pasti dia memiliki tinggi badan se Indra lah..lumayan tinggi. pihak Polisi sedang melacak keberadaan kendaraan asal kota Malang itu (huruf N adalah kode nopol Malang).

hal ini juga menjadi ironi sendiri buat gue. dimanapun gue berada, setiap gue melihat sepeda motor melintas gue jadi selalu tertarik untuk memperhatikan plat nomornya. siapa tau si pelaku kebetulan lewat di depan gue, kan bisa langsung gue hajar tuh orang. tapi gue jadi nggak tenang. gue selalu merasa si pelaku bisa muncul kapan saja, maka sekali gue lengah gue akan kehilangan dia. dan sore ini gue duduk di tembok balkon kamar gue memandang kendaraan yg lalu lalang di bawah. entah sudah berapa ratus kali gue membaca plat nomor kendaraan yg gw lihat sejak mendapatkan informasi dari Polisi.

"berdoa aja semoga si pelaku lewat terus nyapa lo," kata Indra yg tiba-tiba muncul di belakang gue sambil menenteng gitar.

gue tersenyum kecut.

"ayolah bro...almarhum Echi udah tenang di sana. jangan bikin dia sedih dengan tangisan kita," Indra coba menghibur.

"lo nggak tau sih gimana rasanya.." sahut gue lirih tanpa menoleh ke arahnya.

"oke gue gak tau gimana rasanya kehilangan pacar dg cara seperti ini, tapi gue tau rasanya kehilangan sahabat," Indra duduk di sisi lain tembok. "waktu sekolah dulu gue emang nggak terlalu deket sama Echi, malah lebih cocok disebut Tom and Jerry daripada sahabat. tapi gue beruntung sekolah di Surabaya, gue jadi kenal sama dia."

"emang lo aslinya darimana?"

"gue lahir dan tumbuh di Sidoarjo. tapi pas SMA gue ikut Pakde gue di Surabaya sampe lulus kuliah, baru kerja di sini."

"wah selama ini gue kira lo arek-arek Surabaya asli."

"weleh weleh...koe nang endi wae toh le...le...." dia geleng kepala lalu tertawa.

"kaki lo gimana, udah sembuh?"

"yaah lumayan lah udah bisa lari sedikit sedikit."

gue kembali diam melamun. pikiran gue menerawang membayangkan Echi lagi. ah, betapa sakitnya rasa ini. gue akan membalasnya Chi, begitu gue ketemu pelaku tabrakan itu, gue akan membalaskannya! gue bersumpah gue akan buat perhitungan dengan dia!! bukankah hutang nyawa harus dibayar nyawa juga???

"kadang nggak semua pembunuh itu dihukum mati," kata Indra seolah bisa membaca yg ada di pikiran gue saat ini. "hutang nyawa memang layak dibalas nyawa, tapi bukan kita yg pantas membalasnya. ada yg lebih berwenang menentukan balasan yg tepat. kalau dirasa balasan dari lembaga hukum kurang memuaskan, kita selalu punya Tuhan sebagai harapan. Dia yg tau segalanya."

gue diam mendengarkan advice nya itu. kalau saja bukan seorang sahabat baik yg bicara, sudah pasti gue akan tolak mentah-mentah paradigma nya tentang hukuman Tuhan. gue yakin sore ini akan jadi debat yg menyenangkan. tapi gue menghormati Indra. pikiran gue lagi keruh, gue nggak mau menambah keruh lagi dengan debat kusir yg sia-sia.

dua minggu sudah berlalu sejak kecelakaan naas itu. dan Indra kerap men support gue supaya cepat bangkit dari keterpurukan karena kehilangan Echi. gue tau dia pasti iba melihat gue yg akhir-akhir ini jadi pemurung. he's my best friend. thanks guys gue nggak tau apa jadinya gue tanpa elo, mungkin gue udah nyusul Echi kali yaa...

"pinjem pick punya elo dong Ri," suara Indra membuyarkan lamunan gue.

"lah..bukannya lo punya pick kesayangan yg selalu lo bawa kemana-mana itu?"

Indra memang punya sebuah pick bertandatangan Ahmad Dhani personil grup band Dewa19. pick itu didapatnya waktu masih aktif di fans club nya Dewa19 semasa kuliah dulu. sekedar info, Indra memang fans berat sama grup band itu.

"gue lupa naro dimana. lo punya kan? gue nggak biasa gitaran pake jari doang."

gue merogoh saku jeans dan mengeluarkan sebuah pick berwarna orange. pick murahan yg gue beli di toko pinggir jalan. Indra mengambilnya dan kemudian mulai memetik gitar di tangannya.

gue pikir gue akan menghabiskan sore itu dengan mendengarkan Indra bernyanyi, tapi kami sama-sama terdiam saat mendengar suara itu.

"suara cewek nangis!" kata Indra.

"dari kamar itu," gue menunjuk kamar seberang. kamar wanita berkaos kaki hitam..

suaranya jelas. bukan hanya desiran angin, tapi benar-benar nyata seperti yg pernah gue dengar. gue beranikan diri mendekat dan mengetuk pintunya.

"Ri, itu..." Indra menunjuk bawah kaki gue.

dari celah sempit di bawah pintu kamar, ada sesuatu keluar mengalir. cairan berwarna merah. merah pekat dan kental...

DARAH.....!!!!!

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.10

"tok tok tok!"

ketukan di pintu membangunkan gue dari tidur. ketukannya makin cepat terdengar dan hampir saja pintu roboh kalau gue nggak cepat-cepat membukanya.

"apaan sih lo Ndra?" gue mendengus begitu tau yg mengetuk pintu adalah Indra. "masih pagi juga udah gedor-gedor kamer orang."

"ini kan kamer gue?"

"iya iya. gue ulangi deh, ngapain pagi-pagi gedor kamer elo?"

"buruan pake pakean lo!" kata Indra tetap berdiri di tempatnya.

"ada apaan emang?"

"sms gue masuk nggak sih??"

gue cek hp yg masih tersambung dg charger. di layarnya terdapat pemberitahuan memori pesan penuh. maka gue segera hapus semua pesan di inbox dan satu pesan baru dari nomor Indra langsung masuk.

'Echi kecelakaan. dia dirawat di RS Dewi S*i. nanti gue jelaskan lagi, ketemu di sana aja.'

"maksudnya apaan nih?" tubuh gue bergetar cukup hebat. gue berharap yg gue baca ini hanya sms lelucon.

"tadinya gue mau kita ketemu di sana, tapi gue sms elo kok nggak masuk-masuk ya jadi gue pastikan aja ke sini."

"lo becanda kan?"

"gue tau batasan-batasan becanda Ri. ini serius! semalam gue dapet kabar dari family nya Echi, gue kenal baik keluarganya dan mereka tau gue juga ada di karawang yaa jadi mereka ngehubungin temen terdekatnya Echi yaitu gue."

"terus gimana keadaan Echi sekarang??"

Indra menarik nafas berat.

"dia lagi sekarat. kepalanya mengalami pendarahan hebat, itu yg gue denger dari kakaknya yg ngehubungin gue."

"kok bisa? emang gimana kronologinya?"

"yaah...katanya sih Echi lagi nyebrang mau ke mini market gitu, tanpa dia tahu dari arah kanan ada motor yg melaju kencang dan terjadilah tabrakan maut itu. sayangnya pelaku penabrakan itu kabur."

seketika darah dalam tubuh gue memanas. tulang-tulang gue seolah lemas. gue terduduk dalam diam.

"bukannya lebih baik sekarang kita pastikan keadaannya di rumah sakit?"

gue mengangguk. maka setelah merapikan diri seperlunya gue dan Indra bergegas turun keluar.

"lo napa Ndra?" tanya gue melihat Indra berjalan agak tertatih di belakang gue.

"udah sejak tiga hari yg lalu, gue kecelakaan kerja di pabrik. kebentur mesin gitu."

"ya udah gue aja yg bawa motornya," gue berjalan ke tempat parkir. "motor lo mana Dul?"

"tuh yg Sup*a item. gue lagi pake punya cewek gue. motor gue lagi turun mesin di bengkel kemaren."

dan berangkatlah kami berdua menuju rumah sakit tempat Echi dilarikan. saat itu fajar baru menyingsing tapi gue abaikan rasa dingin yg menusuk sekujur tulang dalam tubuh. kami memacu menembus kabut yg memang masih kerap muncul di pagi hari di karawang. gue nggak peduli. seperti yg gue bilang semalam pada Echi, gue akan lakukan apapun untuknya...

-----

ahh.....rasanya sangat sakit. teramat sangat sakit melihat tubuhnya terkapar tak berdaya. dengan nafas masih tercekat di kerongkongan gue cuma bisa terdiam merelakan mobil ambulans yg membawa tubuhnya berlalu dari tempat ini.

"sabar yah Ri..." Indra menepuk bahu gue pelan. "gue tau yg lo rasain saat ini."

entah sudah berapa lama gue menangis. waktu berjalan sangat lambat.

pagi tadi, gue datang saat tim dokter menyatakan menyerah. pendarahan di kepala Echi begitu hebat sehingga nyawanya tidak tertolong lagi. keluarga Echi memutuskan untuk memakamkan jasadnya di kota kelahirannya Surabaya.

nggak perlu bertanya bagaimana rasanya kehilangan orang yg kita sayang dengan begitu tiba-tiba. samasekali nggak pernah terfikir tentang kepergiannya ini. gue dan Echi sedang dalam hubungan yg harmonis dan mulai membicarakan hal serius tentang hubungan kami. tapi kini semua itu tinggal lalu. menyisakan setitik perih yg mengendap di hati.

menurut info yg gue dapat, Echi mengalami kecelakaan naas itu sekitar jam delapan malam.

"nggak mungkin!" gue masih mencari titik lemah kenyataan di hadapan gue. "semalem itu Echi ke sini. gue dan dia berdiri di sini! kita malah pelukan gitu!" gue menunjuk tembok beranda dimana semalam gue yakin gue berdiri di samping Echi.

"Ri, Echi itu ketabrak jam delapan. terus dilarikan ke rumah sakit jam setengah sembilan..kan lo liat sendiri jam masuknya tadi." Indra mencoba menjelaskan.

"terus kalo gitu yg semalem ngobrol sama gue siapa Ndra??" suara gue meninggi diiringi airmata yg jatuh. "yg gue peluk itu siapa??? lo mau bilang kalo itu setan lagi?!!"

Indra diam. dia nggak berani mengkonfrontir gue. dia lagi-lagi menepuk bahu gue mencoba menenangkan emosi yg tengah mengurung gue.

"gue tau lo sayang banget sama Echi, dia juga sayang sama lo. dia selalu cerita ke gue kalo dia tuh pengen lo jadi yg terakhir buatnya."

Indra diam. gue masih sesenggukan menangis.

"gue nggak bilang yg semalem itu setan atau apa lah itu..tapi gue yakin, kehadiran Echi waktu itu karena dia pengen ada di samping lo menjelang saat terakhirnya. mungkin itu semacam ucapan perpisahan buat lo."

sms itu! gue ingat sms terakhir dari Echi. segera gue cek hp. tapi gue terhenyak, karena tadi pagi gue menghapus semua inbox di hp gue. dan dalam terapi kejut itu, mendadak gue rasa semuanya menjadi gelap....

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.9

bukan. itu bukan dia...

suaranya lain. eh, iya itu dia. tapi bukan! cara menyanyinya lain!

ah, daripada bingung sendiri gue balikkan badan dan...

"hemmpph........" gue cukup dibuat terkejut saat mendapati sosok Echi berdiri di belakang gue. nyaris saja gue terlompat ke bawah.

"kamu ngagetin aja Chi," gue sedikit terengah karena benar-benar terkejut tadi. "by the way kok lo ke sini gak bilang dulu sih?"

Echi tersenyum simpul. sangat sederhana dengan sedikit sudut bibirnya terangkat ke samping. beda dengan cara dia tersenyum biasanya.

"lo kenapa Chi? kok murung gitu?" tanya gue lagi mendapati Echi yg berdiri mematung di samping gue.

Echi menggeleng perlahan.

"mau bikin kopi?" gue menawarkan.

Echi menggeleng lagi.

"atau lo laper?"

dijawab dengan gelengan lagi. gue turun dari tempat gue duduk. menyandarkan gitar ke dinding lalu berdiri di samping Echi. gue raih dan genggam tangannya. dingin...

tadi sore memang sempat hujan cukup lama dan baru selesai menjelang malam. Echi pasti kedinginan. maka gue pun memeluknya.

"kok agak bau lumpur-lumpur gitu yaa?" gue membatin dalam hati. gue cari ke sekeliling dan di bawah sana ada kubangan lumpur becek tergenang air berwarna cokelat. pasti asal baunya dari sana.

gue membelai pelan rambutnya. entah kenapa malam ini gue merasa sangat damai dengan memeluk Echi sambil menatap langit yg pekat bersih nyaris tanpa bintang. mungkin mereka masih sembunyi gara-gara hujan tadi.

"Ri..." akhirnya Echi bicara.

"kenapa, sayang?" sahut gue di telinganya.

"lo liat bintang itu?" Echi menunjuk satu-satunya bintang yg bersinar di selatan langit.

"gue liat." jawab gue.

"seandainya gue jadi bintang itu, lo mau nggak tiap hari bolak-balik bumi-langit buat ketemu gue di sana?" itu pertanyaan teraneh yg pernah gue denger dalam hidup gue.

"kok nanyanya gitu?" gue tertawa kecil. "apapun akan gue lakukan buat elo, Chi." ciee...gue mulai gombal.

Echi diam merenungi kalimat gue barusan. gue memeluknya makin erat. ah, betapa gue ingin selalu seperti ini. bersama melewati malam dan tak pernah terganti sampai nanti.

beberapa menit kami sama-sama diam. hanya menatap langit tanpa bicara. tiba-tiba nada dering hp gue berbunyi dari kamar Indra. gue lagi nge charge soalnya jadi nggak gue bawa.

"bentar ya sayang, gue angkat telepon dulu." gue lalu bergegas ke kamar.

bokap gue dari kampung nelepon. hanya pembicaraan ringan menanyakan kabar gue di sini dan sedikit perlu dengan uang. nggak lama, hanya sekitar sepuluh menit lalu gue keluar lagi hendak menemui Echi.

"heyy..." gue berseru tertahan mendapati beranda kosong tanpa seorang pun di sana. "Chi, lo di mana say? mau maen petak umpet yah??"

gue tertawa sendiri. tapi bingung juga karena di sini nggak ada tempat buat bersembunyi. gue tunggu lima menit dia nggak muncul juga. maka gue cek ke bawah. gue coba tanya ke temen-temen yg gue kenal dan katanya mereka nggak memperhatikan karena lagi asyik di kamar masing-masing. gue coba keluar siapa tau Echi lagi di warung depan kos, tapi nggak ada juga.

maka gue memutuskan kembali ke atas, mencoba menghubunginya lewat hp. baru aja gue buka pintu kamar, hp gue berbunyi tanda sms masuk.

Gue balik dulu ya, Ri...

begitu pesan dari Echi. langsung gue balas seperlunya ditambah sedikit basa-basi seperti biasanya. gue lalu rebahan di kasur. jam kecil di atas televisi menunjukkan pukul setengah sembilan malam. sudah waktunya tidur. besok pagi-pagi gue harus ke kosan Echi dulu sebelum berangkat kerja karena pakaian ganti gue memang ada di sana. di kamar gue sendiri hanya ada beberapa untuk perlengkapan tidur.

"permisi.." seseorang mengetuk pintu kamar.

bergegas gue buka pintu dan gue lihat penghuni kamar seberang Indra berdiri menenteng gitar milik Indra.

"udah mau tidur ya Mas? ini gitarnya ketinggalan di luar, barangkali ilang kan sayang." dia menyerahkan gitar itu.

"eh iya Pak, tadi saya lupa. makasih banyak Pak."

beberapa saat setelah itu gue sudah rebahan lagi di kasur. malam ini gue pengen ditemani lagu-lagu Mariah Carey. gue cari kaset CD nya di tumpukan kaset di atas VCD lalu gue setel dengan volume seperlunya. damai sekali nampaknya malam ini.

gue pejamkan mata. dan bayangan-bayangan wanita berkaos kaki hitam mulai muncul di benak gue. gue buka mata dan seketika bayangan itu lenyap. saat gue pejamkan lagi mata gue, yg muncul di hadapan gue sekarang adalah wajah Echi.

senyuman teduhnya menghantarkan gue ke alam mimpi...

REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama PART.8

hari-hari gue kini sedikit banyak berbeda dengan sebelumnya. Echi hadir menjelma jadi pengisi kekosongan yg gue rasakan sebelumnya. kalau nggak Echi yg menginap di kamar gue, maka gue yg ngandong ke kosannya. kebetulan kami berdua sama-sama non shift jadi nggak ada istilah jam kerja malam.

layaknya pasangan lain yg tengah dimabuk asmara, gue dan Echi juga kerap memilih menghabiskan waktu berdua meski harus menolak jam lembur yg ditawarkan bos di kantor. gue pikir gaji tanpa lembur gue sudah lebih dari cukup. selain itu Echi adalah tipe cewek yg pengertian. nggak harus selalu cowok yg nraktir cewek, beberapa kali gue bahkan makan gratis dari dia.

soal Indra, awalnya dia heran karena gue sering nggak menampakkan diri di kosan. setelah gue beritahu kalo gue udah jadian sama Echi dia cuma tertawa lebar sambil tetap ngomong "jangan diapa-apain dulu!" yg gue jawab "udah terlanjur!"

jarang balik ke kosan, itu berarti gue juga jarang ketemu Indra. apalagi dia kan kena shift. makin jarang lah gue ketemu tuh anak. hari libur gue lebih suka menghabiskan waktu di kosan Echi atau sekedar jalan-jalan ke alun-alun kota bareng dia. yah pokoknya asal bareng Echi semua berasa indah deh. hehe...

memasuki bulan keempat gue kerja, gue memutuskan membeli sebuah handphone untuk mempermudah komunikasi gue dengan teman-teman dan juga Echi tentunya. sebuah handphone mungil dengan layar monochrome warna biru gue ingat betul handphone pertama yg gue punya waktu itu. dengan fasilitas seadanya hp itu tergolong elit lho pada masanya.

perlahan tapi pasti gaya hidup gue yg dulu seadanya dan gue usahakan sesederhana mungkin, kini mulai berubah ke arah glamour dan foya-foya. sebagai jiwa muda yg masih berkobar waktu itu gue merasa sedang dalam momen terbaik di hidup gue. berpenghasilan lumayan plus punya pacar cantik dan setia membuat gue mabuk kepayang. beberapa kali bahkan gue mabuk beneran bareng Echi di kosannya.

sudah setengah tahun kini gue bekerja di Karawang. meski jarang ditempati, tapi gue memilih bertahan di kosan gue. selain gue juga malas mencari lagi kosan yg lain, ada Indra yg membuat gue memutuskan bertahan di sana. bagaimanapun Indra tetap sahabat terbaik gue di kota ini. dia yg pertama gue kenal dan dia juga yg kerap membantu saat gue sedang kesulitan alias bisa ngutang dulu gitu! hehehe.. tapi gue akui Indra memang orang baik kok. walau jarang bertemu kami tetap berteman baik.

dan hari itu genap sudah dua minggu berturut-turut gue nggak balik ke kosan. kangen juga pengen tidur di ruangan kecil itu. pengen maen gitar punya Indra lagi. maka sepulang kerja gue kirim pesan ke Echi bahwa gue nggak ke kosannya malam ini.

"wah tumben lo balik," Indra menyambut gue di gerbang bawah. "masih inget kamer lo ya??"

"iya gue kangen nih sama kamer gue. pengen maen gitar juga. lo ngapain di sini?"

"abis balikin setrikaan temen. punya gue mendadak eror soalnya."

kami berjalan menapaki tangga menuju lantai atas sambil berbincang ringan. rasanya seperti kembali ke rumah sendiri saat gue pandang berkeliling kamar-kamar di sini.

"wah elo kumat lagi nih ya," gue mengomentari volume kencang dari speaker aktif di kamar Indra.

"kan elo jarang balik? nggak ada yg protes lagi. lagian juga di sini sepi kalo lo nggak ada. kan lo tau gue nggak begitu interaktif sama tetangga kamer."

kami duduk di beranda. dan saat itulah mata gue menatap pintu kamar di seberang kamar gue. kamar yg sampai sekarang masih menyimpan rasa penasaran gue. wanita itu....dia cukup terpinggirkan beberapa bulan ini saking sibuknya gue pacaran sama Echi.

"eh, kamer yg itu masih ada penghuninya enggak?" gue menunjuk kamar itu.

"tau deh gue juga nggak ngerti," Indra geleng kepala. "bener kata lo sih, emang ada cewek yg nempatin kamer itu. tapi jarang keliatan keluar masuk nya. gue beberapa kali pernah liat dia di kamer ini."

"terus?" gue seperti disulut penasaran lagi.

"terus apanya? ya biasa aja."

"bukan. maksud gue, cewek itu masih pake kaos kaki item panjang?"

Indra mengangguk lagi.

"menurut lo tuh cewek orang apa setan sih??" tanya Indra.

"jelas orang lah. mana ada setan pake kaos kaki?"

"ya kali aja dia lagi kedinginan?"

gue tertawa kecil. gue seperti mendapat sesuatu yg sempat hilang. rasa penasaran itu, yg sempat sirna beberapa waktu terakhir, kini mulai menjalar lagi di otak gue. terakhir gue ketemu cewek itu ya pas lagi nyanyi tengah malem itu aja. setelah itu dia seolah lenyap. atau gue yg melenyapkan diri ya??

yg pasti malam itu gue duduk lagi di tembok beranda. sambil menyetem gitar milik Indra, gue berharap wanita itu akan muncul lagi malam ini. gue pengen ketemu dia.

Indra lagi shift malam jadi gue sendirian di sana. dan sengaja malam ini gue akan menyanyikan lagu yg sama yg dulu pernah dinyanyikan wanita itu. baru saja gue masuk intro, terdengar sebuah suara dari belakang gue melantunkan lagunya. suara yg cukup melekat di pikiran gue.

wanita berkaos kaki hitam itu. dia ada di belakang gue...