Pages - Menu

Selasa, 03 September 2013

Bocah asal China jadi pilot termuda sejagat

Seorang bocah di China, He Yide, menjadi manusia termuda yang menerbangkan sebuah pesawat ringan sendirian saat usianya baru lima tahun. Hal ini diutarakan ayahnya yang dikenal penuh ambisi, He Liesheng.

He Yide, atau biasa dijuluki Duoduo, menghabiskan waktu selama 35 menit melakukan penerbangan di Taman Margasatwa Beijing pada Sabtu pekan lalu, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Selasa (3/9).

Liesheng dan Yide juga pernah menjadi pemberitaan pada tahun lalu ketika beberapa gambar yang menunjukkan Yide dipaksa untuk melakukan push-up di luar rumah di tengah cuaca bersalju di Kota New York, Amerika Serikat.

Liesheng rupanya membayar Rp 53,7 juta untuk memberikan pelajaran penerbangan pribadi untuk anaknya itu. Saat ini dia juga akan menghubungi Guinness Book of Records untuk mencatat prestasi yang dilakukan Yide.

Koran asal China the People's Daily menulis, ada pilot lain berada di pesawat itu bersama Duoduo. Tetapi pilot itu hanya untuk mengawasi saja.

Liesheng, yang dikenal sebagai ayah super ketat, menulis di situs jejaring sosial asal China Sina Weibo, 'Penerbangan pertamanya sangat sukses dan dia tidak takut sama sekali'.

Ayah Yide, asal Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, sebelah timur China, memang terkenal di kampung halamannya sebagai orang yang kerap melakukan pelatihan saban harinya yang dia berikan kepada anaknya itu.

Ketika video yang memperlihatkan Yide tidak begitu bahagia saat berada di New York dengan keadaan bersalju muncul di situs YouTube pada awal tahun ini, para pengguna Internet langsung marah dan menuntut agar Duoduo dimasukkan ke dalam unit perawatan.

Liesheng juga melatih anaknya itu agar mampu bersaing dengan banyak anak-anak yang lebih tua dari dia di kompetisi berlayar.

Liesheng sebelumnya telah mengatakan karena anaknya itu lahir dengan cara prematur beberapa bulan sebelum hari kelahirannya, maka dia harus membuat Yide menjalani tes ketahanan fisik dan mental untuk membangun kekuatan dirinya.

"Hanya dengan menempatkan dia di dalam sebuah situasi dengan angin dan ombak kencang dapat menunjukkan potensi dirinya," ujar Liesheng saat itu.

Tahun lalu, Liesheng dan kedua anaknya harus diselamatkan dari Gunung Fuji di Jepang setelah Liesheng mengabaikan peringatan cuaca kala itu.

Orang tuanya saat itu hanya membawa sebuah cokelat batangan dan secangkir air untuk bekal mereka dan berpikir akan ada toko di perjalanan.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar