Jumat, 28 Juni 2013
China Semakin Kuat di Luar Angkasa
Meski sering dipandang sebelah mata, China, semakin hari semakin unjuk gigi di panggung dunia. Tak hanya berambisi menjadi negara adidaya di sektor ekonomi dan perdagangan, Negeri Tirai Bambu belakangan semakin gencar meluncurkan misi ke luar angkasa, berlomba dengan negara-negara maju seperti Kanada, Jerman, Rusia, bahkan Amerika.
Baru-baru ini, China mengumumkan akan meluncurkan misi ke Bulan. Agak berbeda dengan misi yang sudah-sudah, yang hanya meluncurkan satelit pemantau bulan, China National Space Administration berencana untuk mendaratkan robot penjelajah pertamanya di satelit alami Bumi itu.
Misi itu menandai kemajuan besar program eksplorasi Bulan yang dilakukan China. Sebelumnya, pada fase pertama, tahun 2007 dan 2010, China meluncurkan masing-masing pengorbit Chang'e 1 dan Chang'e 2.
Di tahap kedua ini, yang dijadwalkan bulan Desember nanti, Chang'e 3 menjalani misi lebih berani, yakni mendaratkan kendaraan penjelajah di permukaan Bulan untuk pertama kalinya--demikian dilansir Space.com, 27 Juni 2013.
China menyatakan persiapan misi Chang'e 3 telah matang. Pengujian akhir sudah rampung bulan lalu. China National Space Administration telah melakukan uji tanah 40 hari untuk meniru lingkungan Bulan. Ini untuk memastikan robot kendaraan Chang'e dapat bertahan pada suhu ekstrem di Bulan.
Skema pendaratan
Situs yang memonitor program ruang angkasa China, Dragon in Space, menulis bahwa satelit Chang'e 3 terdiri dari dua bagian utama, yaitu layanan modul dan kendaraan pendaratan.
Rencananya, setelah mendarat lembut pada permukaan Bulan nanti, pesawat satelit nirawak itu akan menyebarkan tak hanya satu, tapi enam robot kendaraan penjelajah beroda untuk menjelajahi area di sekitar lokasi pendaratan.
Keenam robot diberi tugas untuk mengirimkan informasi mengenai Bulan secara menyeluruh, langsung dari permukaan Bulan. Ini meliputi gambar sampel tanah, temperatur udara dan kondisi cuaca, daya gravitasi, dan informasi lainnya.
Bersama misi Chang'e 3, China juga mengikutsertakan pesawat ruang angkasa lain, Chang'e 4, sebagai cadangan pesawat Chang'e 3 jika bermasalah.
Bahkan, China juga sudah mematangkan rencana untuk fase ketiga dengan pesawat Chang'e 5, yang rencananya membawa sampel tanah bulan ke Bumi.
Pada pesawat itu, terdapat kapsul untuk membawa sampel ke Bumi yang melesat dengan kecepatan 40.230 kilometer per jam. Ini kecepatan terbaik dalam sejarah pesawat ruang angkasa China.
Kepala perancang program fase ketiga, Hu Hao, mengatakan di tahun ini Chang'e 5 sudah memasuki tahap prototipe. Misi ini termasuk pendekatan penyiaran pengambilan material. Untuk itu, dibutuhkan pertemuan presisi dan docking di orbit Bulan.
Skemanya, setelah Chang'e 5 memasuki orbit Bulan, dua modul akan melepaskan diri dan mendarat di Bulan. Salah satu bertugas mengumpulkan sampel tanah. Kemudian sampel akan ditempatkan pada modul pendakian, untuk kemudian ditransfer melalui kapsul dan dibawa pulang ke Bumi.
Yun Jun, Kepala Observatorium Astronomical Onservatories di Chinese Academy of Sciences menuturkan misi fase ketiga ini akan mengambil material Bulan dari kedalaman dua meter.
Jika sesuai rencana, misi Chang'e 5 kemungkinan akan terealisasi pada tahun 2014.
Stasiun luar angkasa pribadi
Rentetan misi Chang'e boleh dibilang hanya bagian kecil dari agenda besar China di ruang angkasa. Untuk kepentingan penelitian, negara yang sudah mengirim taikonot--istilah antariksawan asal Tiongkok--pertama di tahun 2003 itu berambisi membangun stasiun luar angkasa sendiri.
Setahun silam, tepatnya 16 Juni 2012, Shenzhou 9 meluncur keluar angkasa, membawa tiga antariksawan, Jin Haipeng, Liu Wang, dan Liu Yang, perempuan pertama China yang memasuki luar angkasa.
Misi itu bertujuan untuk menyatukan Shenzhou 9 secara manual dengan modul utama Tiangong yang tiba lebih dulu di luar angkasa. Para astronot berpindah dari kapsul ke laboratorium itu.
Ketika itu, China resmi menjadi negara ketiga yang sukses menyatukan dua pesawat dalam jarak ribuan mil dari Bumi. Sebelumnya, prosedur rumit ini pernah dijalankan Amerika Serikat pada tahun 1966 dan Rusia pada tahun 1969.
Usut punya usut, penerbangan Shenzhou 9 merupakan rangkaian uji teknologi dan teknik yang diperlukan untuk membangun stasiun luar angkasa di orbit Bumi. Pemerintah China berharap dapat memiliki stasiun luar angkasa seberat 60 ton pada tahun 2020.
Sekadar perbandingan, Stasiun Antariksa Internasional atau International Space Station (ISS) yang dibangun dengan biaya US$100 miliar memiliki bobot 430 ton. Laboratorium orbit ini dijalankan oleh konsorsium beberapa negara. Dan, China tidak termasuk di dalamnya.
Shenzhou 9 menjadi misi antariksa keempat China yang membawa awak. Sebelumnya, telah ada misi serupa pada tahun 2003, 2005, dan 2008.
China memang tertinggal jauh dibandingkan Amerika Serikat dan Rusia. AS telah melakukan tiga kunjungan ke Bulan dan mengklaim pendaratan pertama di satelit Bumi itu.
Peluncuran astronot perempuan China pun tertinggal 49 tahun sejak astronot Rusia, Valentina Tereshkova, menyelesaikan perjalanan luar angkasanya.
Kendati tertinggal, China menandai pergerakan bangsa Asia menaklukkan luar angkasa. Negara ini memang menjadi pasar besar bagi negara-negara Barat. Tapi, perlahan-lahan China menjelma menjadi bangsa Asia paling ambisius di arena penjelahanan luar angkasa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar