Setelah Amerika Serikat yang mempertimbangkan opsi serang Suriah, kini Inggris terungkap juga memiliki opsi yang sama. Perdana Menteri Inggris David Cameron dilaporkan telah membicarakan opsi membombardir Suriah menyusul tewasnya 1.700 orang akibat senjata kimia di negara itu.
Menurut kantor berita Mirror, Senin 26 Agustus 2013, peningkatan aktivitas intelijen Inggris seperti dikonfirmasikan sumber di militer akan membawa Inggris semakin mendekat ke konflik berdarah di Suriah.
Sumber militer Inggris mengatakan, mereka akan bergabung dengan Amerika Serikat dan Prancis dalam menyerang Suriah. Sumber yang tidak disebutkan namanya ini bahkan mengatakan, Inggris telah menentukan sasaran tembak mereka di Suriah.
Cameron dilaporkan telah melakukan pembicaraan intensif dengan Presiden Prancis Francois Hollande dan Barack Obama Sabtu lalu. Ketiganya menyepakati respon tegas atas penggunaan senjata kimia yang tidak diragukan lagi dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad.
Sumber mengatakan, serangan dari tiga negara ini bisa terjadi dalam hitungan hari atau sekitar seminggu jika menggunakan kekuatan angkatan laut. Serangan dari Inggris kemungkinan adalah peluncuran Rudal Serang Darat Tomahawk dari kapal selam Angkatan Laut Kerajaan atau bombardir menggunakan jet tempur Tornado dari Cyprus.
Menurut sumber dari pemerintahan Inggris, penyerangan sangat mungkin dilakukan, namun masih menunggu laporan kepastian penggunaan senjata kimia oleh Assad.
Rencananya, Menteri Pertahanan Inggris dan kepala angkatan bersenjata Inggris akan bertemu dengan Komandan dan Kepala Staf Gabungan AS di Timur Tengah Jenderal Martin Dempsey di Yordania hari ini. Akan hadir juga perwakilan dari Turki, Prancis, Qatar, Kanada, Arab Saudi dan Italia.
Sebelumnya, Obama juga telah mengeluarkan opsi yang sama. Kapal perang AS saat ini telah merapat ke Suriah, menunggu aba-aba untuk menyerang.
Sementara itu, Suriah telah memberikan izin bagi tim penyidik PBB untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Ghouta, lima hari setelah insiden terjadi. Namun, AS dan Inggris mengatakan bahwa izin ini terlambat karena Suriah terus membombardir lokasi dan bukti-bukti residu senjata kimia sudah hilang.
"Banyak bukti kemungkinan hancur. Bukti-bukti lainnya bisa terkikis dan rusak. Penting sekali untuk memberikan reaksi keras pada para diktator -apakah itu Assad atau lainnya yang membantai rakyat mereka sendiri atau negara lain- bahwa menggunakan senjata kimia telah melampaui batas, dan dunia akan bertindak," kata Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar