Kasus dugaan serangan gas beracun yang menyebabkan 1.700 warga sipil tewas di pinggiran Ibu Kota Damaskus dua hari lalu turut menawaskan hewan-hewan yang ada di daerah itu.
Hal ini terlihat ketika beberapa foto yang menunjukkan pejuang dari kelompok pemberontak menggunakan masker gas sedang berjalan-jalan di Kota Zamalka, sebelah timur Damaskus, sambil mengantongi hewan-hewan peliharaan dan ternak yang mati, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Jumat (23/8).
Pihak pemberotak dua hari lalu mengklaim bahwa pemerintah Suriah telah melancarkan serangan gas beracun pagi dini hari waktu setempat ke daerah yang dikuasai pemberontak, dan menewaskan ratusan orang saat masih terbaring di tempat tidur mereka.
Para pegiat mengatakan roket berisi zat kimia membom pinggiran Damaskus, seperti Ain Tarma, Zamalka, dan Jobar sebelum fajar.
Sementara dugaan terkait penggunaan gas beracun belum terbukti, pemerintahan dari negara-negara Barat telah mengutuk rezim Presiden Suriah Basyar al-Assad. Namun, pemerintah Suriah menyangkal telah meluncurkan serangan itu.
Gambar-gambar pejuang pemberontak itu, yang diambil kemarin dan didistribusikan oleh kantor berita Reuters, memperlihatkan mereka sedang berjalan di wilayah yang tandus sambil mencari mayat untuk mengumpulkan lebih banyak bukti terkait penggunaan senjata kimia.
Mereka juga menunjukkan tumpukan hewan, seperti kucing, anjing, domba, dan kambing, yang tewas bersamaan dengan serangan gas beracun yang diduga digunakan dalam pembunuhan terhadap laki-laki, wanita, dan anak-anak.
Bukti-bukti lain dikumpulkan agar bisa membuktikan dalam menentukan apa yang sebenarnya terjadi di sebelah timur pinggiran Damaskus.
Pagi ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon kembali mendorong pemerintah Suriah agar membiarkan pengawas PBB yang sudah berada di Suriah agar mendapat akses langsung ke daerah yang diduga menjadi tempat serangan untuk menyelidiki tuduhan penggunaan senjata kimia.
"Kenapa setiap pihak, pasukan pemerintah atau oposisi menolak kesempatan ini untuk mendapatkan kebenaran dari masalah yang ada," kata Ban Ki-moon kepada forum diplomatik di Ibu Kota Seoul, Korea Selatan.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar