Pada 113 tahun yang lalu, koalisi pasukan internasional berhasil menguasai Ibukota Kekaisaran China, Peking (Beijing). Dengan alasan menumpas "Pemberontakan Boxer," para pasukan asing itu sekaligus membuat Kekaisaran China bertekuk lutut.
Menurut The History Channel, koalisi pasukan internasional itu meliputi Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan Jerman. Mereka berhasil masuk ke Peking setelah berhasil menduduki kota pelabuhan Tientsin, yang berjarak sekitar 128 km.
Kaum nasionalis China, yang mengepung suatu distrik diplomatik asing di Peking, berhasil dilumpuhkan. Masuknya pasukan asing ke Peking itu pada akhirnya mengakhiri Pemberontakan Boxer.
Menurut The History Channel, koalisi pasukan internasional itu meliputi Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan Jerman. Mereka berhasil masuk ke Peking setelah berhasil menduduki kota pelabuhan Tientsin, yang berjarak sekitar 128 km.
Kaum nasionalis China, yang mengepung suatu distrik diplomatik asing di Peking, berhasil dilumpuhkan. Masuknya pasukan asing ke Peking itu pada akhirnya mengakhiri Pemberontakan Boxer.
Menurut Joel David Singer dalam bukunya, The Wages of War(1816-1965), Pemberontakan Boxer ini dikenal juga dengan nama "Gerakan Yihetuan." Pergolakan ini dilancarkan kaum pro nasionalis yang tergabung dalam kelompok Masyarakat Penyelaras Kebenaran selama 1898 hingga 1901. Mereka pada intinya menentang imperialisme asing dan penyebaran Kekristenan dan mengritik lemahnya wibawa Kekaisaran China dalam menegakkan hukum, keamanan dan stabilitas di negeri sendiri.
Kelompok itu rupanya tidak tahan dengan ekspansi pengaruh asing di China, mulai dari perdagangan opium, intervensi politik, manipulasi ekonomi, hingga datangnya kaum misionaris. Mereka juga merasa bisnis dan lahan warga lokal mulai diserobot oleh para pendatang asing yang bersekongkol dengan pejabat lokal yang korup.
Itulah sebabnya pada Juni 1900 di Beijing, para pengikut Pemberontak Boxer mulai mengancam para warga asing dan memaksa mereka berkumpul di Distrik Kedutaan. Setelah didesak kaum konservatif, Ibu Suri Kekaisaran Cixi menyatakan dukungan atas pemberontakan itu sambil menyatakan perang kepada kekuatan-kekuatan asing.
Itulah sebabnya mereka lantas mengepung para diplomat, tentara, dan warga asing serta warga China Kristen di Distrik Diplomatik. Pengepungan itu berlangsung selama 55 hari sebelum masuknya pasukan internasional.
Pasukan asing itu memanfaatkan perpecahan di kalangan kaum nasionalis China, antara yang mendukung perang dengan yang mendukung jalan damai. Berkekuatan 20.000 tentara, Koalisi Internasional itu membuat pasukan Kekaisaran China bertekuk lutut sekaligus menghantam kekuatan kaum nasionalis.
Dalam buku Revolution and Its Past oleh Keith Schoppa, Pemberontakan Boxer berakhir pada 7 September 1901 setelah China sepakat menjalani sejumlah sanksi dari pihak asing, termasuk membayar 67 juta pound sterling, yang melebihi pendapatan pajak tahunan pemerintah. Beberapa wilayah di China pun dikuasai pihak asing.
Kelompok itu rupanya tidak tahan dengan ekspansi pengaruh asing di China, mulai dari perdagangan opium, intervensi politik, manipulasi ekonomi, hingga datangnya kaum misionaris. Mereka juga merasa bisnis dan lahan warga lokal mulai diserobot oleh para pendatang asing yang bersekongkol dengan pejabat lokal yang korup.
Itulah sebabnya pada Juni 1900 di Beijing, para pengikut Pemberontak Boxer mulai mengancam para warga asing dan memaksa mereka berkumpul di Distrik Kedutaan. Setelah didesak kaum konservatif, Ibu Suri Kekaisaran Cixi menyatakan dukungan atas pemberontakan itu sambil menyatakan perang kepada kekuatan-kekuatan asing.
Itulah sebabnya mereka lantas mengepung para diplomat, tentara, dan warga asing serta warga China Kristen di Distrik Diplomatik. Pengepungan itu berlangsung selama 55 hari sebelum masuknya pasukan internasional.
Pasukan asing itu memanfaatkan perpecahan di kalangan kaum nasionalis China, antara yang mendukung perang dengan yang mendukung jalan damai. Berkekuatan 20.000 tentara, Koalisi Internasional itu membuat pasukan Kekaisaran China bertekuk lutut sekaligus menghantam kekuatan kaum nasionalis.
Dalam buku Revolution and Its Past oleh Keith Schoppa, Pemberontakan Boxer berakhir pada 7 September 1901 setelah China sepakat menjalani sejumlah sanksi dari pihak asing, termasuk membayar 67 juta pound sterling, yang melebihi pendapatan pajak tahunan pemerintah. Beberapa wilayah di China pun dikuasai pihak asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar