Ratusan korban berjatuhan dalam gempuran aparat di lokasi demonstrasi Ikhwanul Muslimin di Mesir. Aksi pembantaian langsung menuai kecaman dan kutukan dari beberapa negara di dunia, menyerukan segera dihentikannya kekerasan.
Diberitakan Al-Jazeera, Kamis 15 Agustus 2013, kecaman datang dari Amerika Serikat yang mengatakan bahwa kekerasan kali ini adalah cela bagi upaya rekonsiliasi antara militer dan pendukung Mohammed Mursi.
"Ini adalah saat-saat yang penting bagi seluruh rakyat Mesir. Jalan kekerasan hanya mengarahkan pada ketidakstabilan yang lebih besar, bencana ekonomi dan penderitaan," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengutuk kekerasan di Mesir dan menyerukan aparat di negara itu menahan diri. "Hanyalah upaya yang terkonsentrasi dari seluruh rakyat Mesir dan komunitas internasional yang bisa membawa negara ini kembali ke jalan demokrasi dan mengatasi tantangan," kata Ashton.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa pemerintahan hasil kudeta di Mesir saat ini adalah pembantai rakyat sendiri. Menurutnya, rakyat Mesir yang saat ini dibantai akan memenangkan pertarungan dengan pemerintah.
"Pemerintahan hasil kudeta tidak hanya mengacuhkan aspirasi rakyat Mesir untuk demokrasi, tapi mereka juga membantai rakyat sendiri. Orang-orang ini cepat atau lambat akan memenangkan perjuangan mereka menuntut demokrasi," ujar Erdogan sebelum bertolak ke Turkmenistan.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengatakan bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. "Apa yang diperlukan Mesir saat ini adalah transisi yang murni menuju demokrasi, yang artinya berkompromi dengan kedua pihak," kata Cameron.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyesali tindakan aparat di Mesir yang menggunakan kekerasan. Ban menyerukan seluruh rakyat Mesir untuk fokus pada rekonsiliasi. "Saya yakin betul, mayoritas rakyat Mesir ingin jalan damai dalam proses menuju kemakmuran dan demokrasi," kata Ban.
Kecaman yang sama datang dari negara-negara lainnya, seperti Iran, Prancis, Kuwait dan Italia.
Diberitakan Al-Jazeera, Kamis 15 Agustus 2013, kecaman datang dari Amerika Serikat yang mengatakan bahwa kekerasan kali ini adalah cela bagi upaya rekonsiliasi antara militer dan pendukung Mohammed Mursi.
"Ini adalah saat-saat yang penting bagi seluruh rakyat Mesir. Jalan kekerasan hanya mengarahkan pada ketidakstabilan yang lebih besar, bencana ekonomi dan penderitaan," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengutuk kekerasan di Mesir dan menyerukan aparat di negara itu menahan diri. "Hanyalah upaya yang terkonsentrasi dari seluruh rakyat Mesir dan komunitas internasional yang bisa membawa negara ini kembali ke jalan demokrasi dan mengatasi tantangan," kata Ashton.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa pemerintahan hasil kudeta di Mesir saat ini adalah pembantai rakyat sendiri. Menurutnya, rakyat Mesir yang saat ini dibantai akan memenangkan pertarungan dengan pemerintah.
"Pemerintahan hasil kudeta tidak hanya mengacuhkan aspirasi rakyat Mesir untuk demokrasi, tapi mereka juga membantai rakyat sendiri. Orang-orang ini cepat atau lambat akan memenangkan perjuangan mereka menuntut demokrasi," ujar Erdogan sebelum bertolak ke Turkmenistan.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengatakan bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. "Apa yang diperlukan Mesir saat ini adalah transisi yang murni menuju demokrasi, yang artinya berkompromi dengan kedua pihak," kata Cameron.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyesali tindakan aparat di Mesir yang menggunakan kekerasan. Ban menyerukan seluruh rakyat Mesir untuk fokus pada rekonsiliasi. "Saya yakin betul, mayoritas rakyat Mesir ingin jalan damai dalam proses menuju kemakmuran dan demokrasi," kata Ban.
Kecaman yang sama datang dari negara-negara lainnya, seperti Iran, Prancis, Kuwait dan Italia.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin di Yordania menyerukan para demonstran di Mesir untuk tidak gentar. Mereka mengatakan, kemenangan IM di Mesir akan jadi pemicu kebangkitan IM di negara-negara Arab.
Hal ini diamini oleh IM di Mesir, yang bersumpah tidak akan mundur sebelum mereka menggulingkan pemerintahan kudeta militer. IM juga menegaskan bahwa mereka adalah korban dari kekerasan dan mengatakan tetap akan menggelar aksi dengan damai.
"Kami tetap tidak akan menggunakan kekerasan dan tetap damai. Kami masih kuat," kata Juru Bicara IM Mesir, Gehad al-Haddad, dalam akun Twitternya.
Hal ini diamini oleh IM di Mesir, yang bersumpah tidak akan mundur sebelum mereka menggulingkan pemerintahan kudeta militer. IM juga menegaskan bahwa mereka adalah korban dari kekerasan dan mengatakan tetap akan menggelar aksi dengan damai.
"Kami tetap tidak akan menggunakan kekerasan dan tetap damai. Kami masih kuat," kata Juru Bicara IM Mesir, Gehad al-Haddad, dalam akun Twitternya.
Korban tewas dilaporkan telah mencapai lebih dari 400 orang. Angka korban tewas lebih fantastis dikeluarkan oleh Ikhwanul Muslimin, yaitu mencapai lebih dari 3.000 orang. Mesir mengeluarkan situasi darurat dan menerapkan jam malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar