Pages - Menu

Senin, 12 Agustus 2013

Gudeg Ibu Tjitro yang Keliling Dunia

Menjaga rasa asli dari kendhil ke kaleng demi memuaskan pencinta gudeg di luar negeri adalah
tantangan terbesar bagi Gudeg Bu Tjitro.

Berbicara soal kuliner khas Jogjakarta, kita semua setuju bahwa gudeg adalah salah satu primadonanya. Hidangan berbahan dasar nangka muda ini bisa dipastikan tidak pernah absen di setiap restoran khas Jogjakarta. Namun, tak banyak yang tahu, gudeg ternyata telah berkelana melintasi benua Asia hingga ke negeri Jepang serta Cina, bahkan dikenal hingga ke negeri Belanda. Semua ini bisa terwujud karena inovasi gudeg kaleng yang dipelopori oleh restoran Gudeg Bu Tjitro.

Haris Nugroho, keturunan keempat sekaligus pengelola restoran Gudeg Bu Tjitro, menjamin rasa gudeg kaleng Bu Tjitro sama dengan yang asli dari kendhil.

“Bebas bahan pengawet! Lauknya lengkap, semua ada. Yang tidak ada cuma nasi,” canda Haris.

“Selama ini, gudeg hanya bisa tahan hingga 48 jam di kendhil. Tapi sejak muncul inovasi ini, gudeg bisa awet hingga satu tahun,” lanjutnya. 

Tak pernah terbayangkan oleh Ibu Tjitro, bahkan Haris sekalipun, bahwa gudeg buatan keluarga yang berasal dari kampung Ngasem, Jogjakarta, bisa terbang hingga ke negeri orang. Bagi orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, gudeg kaleng Bu Tjitro jadi obat manjur di kala rasa kangen kampung halaman melanda.
Butuh kesabaran tingkat tinggi agar bisa sukses memasak gudeg yang enak, begitu Haris menjelaskan. Nangka muda dimasak perlahan selama 6 jam, bersama bumbu halus, gula merah, rempah-rempah, serta air kelapa dan santan. Setelah matang, nangka didiamkan lagi di dalam kendhil selama 6 jam, dengan suhu yang dijaga tetap pada 40 derajat Celcius. 

“Sejak 1986 hingga kini, kami masih menggunakan tungku kayu untuk memasak gudeg,” imbuh Haris. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasa dan aroma tetap alami.

Sebagai pelengkap, Haris memilih telur bebek sebagai bahan baku membuat telur pindang. Selain rasanya lebih legit, telur bebek lebih tahan lama dan tidak mudah hancur. Kerupuk kulit sebagai bahan utama sayur krecek juga dipilih dari produsen yang terjamin mutunya. Hasilnya jelas terlihat, karena bentuk kreceknya besar-besar dan teksturnya terasa sangat kenyal.

Hingga kini semua bahan baku serta rempah-rempahnya masih didatangkan dari Jogjakarta, agar
keaslian rasa Gudeg Bu Tjitro tetap terjaga.
Populernya gudeg di kota Jogjakarta tak pelak membersitkan harapan bagi Haris, kalau-kalau ini
juga bisa terjadi di Jakarta.

“Saking populernya, di pinggiran jalan Wijilan, dekat alun-alun kota Jogjakarta, ada banyak penjual gudeg. Ramai sekali. Kalau di Jakarta menu sarapannya bubur ayam, di Jogjakarta itu gudeg,” celoteh Haris.

Siapa tahu, suatu pagi nanti di tengah teriakan “Burrrr yam....”, orang Jakarta juga bisa mendengar sapaan hangat, “Degggg,.. gudeg,...”

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar