Pages - Menu

Rabu, 21 Agustus 2013

Ini Alasan Pemerintah Tak Segera Evakuasi WNI dari Mesir

Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengungkap alasan mengapa Pemerintah Indonesia belum mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Mesir. Padahal Pemerintah Mesir sejak Rabu pekan lalu telah memberlakukan keadaan darurat. 

Marty menyampaikan alasan ini kepada wartawan di sela-sela pertemuan dengan perwakilan 12 negara di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri pada Selasa, 20 Agustus 2013. Dia mengatakan bahwa keputusan untuk mengevakuasi WNI harus melewati beberapa tahapan. 

"Tahapan dan lingkaran pertama, kami akan merelokasi WNI ke titik di dalam kota Mesir, termasuk ke gedung KBRI dan perwakilan kami yang ada di sana. Selanjutnya, apabila masih dirasa belum aman, maka akan direlokasi ke luar ibukota Kairo, dilanjutkan merelokasi ke luar Mesir menuju negara tetangga dan diakhiri evakuasi kembali ke Indonesia," katanya.

Tahapan itu merupakan hasil pemantauan dan rekomendasi dari perwakilan Indonesia di Mesir. Menurut Marty, yang lebih mengetahui situasi terkini di negara itu adalah perwakilan Indonesia seperti KBRI dan Konsuljen.

Hal serupa juga pernah diambil oleh Pemerintah Indonesia di saat Mesir bergejolak dan terjadi penggulingan mantan Presiden Hosni Mubarak beberapa waktu lalu.

"Namun apabila keputusan evakuasi yang diambil, maka Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan yang sangat komprehensif. Bantuan itu berupa pemulangan WNI ke tanah air lalu ke kampung halaman. Apabila situasi sudah kembali, maka kami akan mengirimkan mereka kembali dari kampung halaman lalu ke Jakarta dan diterbangkan kembali ke Mesir," kata Marty. 

Menurut Marty, sistem bantuan yang diberikan Pemerintah Indonesia jauh lebih menyeluruh. Dia mengatakan pemerintah negara lain ada yang hanya merelokasi ke luar Mesir lalu mereka dikumpulkan di satu titik. 

"Jadi ada yang dikumpulkan di Amman, Siprus, Abu Dhabi, dan Doha. Dari sana lalu mereka jalan masing-masing. Hal berbeda tidak dilakukan oleh pemerintah. Segala sesuatu yang kami lakukan sudah terukur," kata dia. 

Lagipula Marty menyebut apabila evakuasi tiba-tiba dilakukan saat ini, maka mengumpulkan sekitar lima ribu WNI yang tinggal di Mesir ke satu titik, malah lebih membahayakan keselamatan mereka. Selain itu Pemerintah Indonesia kini juga tengah berkonsentrasi dalam upaya pemulangan WNI dari Suriah. 

"Saat ini sudah ada sekitar delapan ribu WNI yang sudah dievakuasi dari Suriah selama dua tahun terakhir. Hal itu kami lakukan tanpa banyak publikasi dan pengumuman," ujarnya. 

Menurut Marty daripada mengeluarkan pengumuman evakuasi, pemerintah sudah melakukan langkah pencegahan dengan mengeluarkan travel advisory atau himbauan bepergian ke Mesir. Dia mengatakan percuma telah mengeluarkan peringatan evakuasi tapi masih ada WNI yang justru datang ke Mesir. 

"Contohnya usai mengeluarkan travel advisory, saya masih dilapori oleh KBRI Kairo, masih ada dua kelompok wisatawan yang datang ke Mesir untuk berlibur. Sekarang mereka mengeluh tidak dapat keluar dari hotel," kata dia. 

Dia mengatakan Pemerintah Indonesia terus bekerja dan berkontribusi bagi perdamaian di Mesir. Namun hal itu dikatakan Marty tidak dengan cara menggelar publikasi besar-besaran. 

Dia khawatir hal yang menimpa delegasi Amerika Serikat bisa terulang. Pasalnya kunjungan delegasi AS, Senator John McCain disambut dengan publikasi luas. 

"Sehingga dia malah dianggap ingin campur tangan dalam urusan internal Mesir. Sehingga kami lebih memilih ke orientasi hasil akhir," ujarnya. 

Presiden SBY disebut Marty terus berkonsultasi dengan berbagai pihak untuk dapat berkontribusi sebanyak-banyaknya bagi Mesir.  

36 mahasiswa asal Bekasi masih bertahan
Dari sekitar 4  ribu mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir, 50 diantaranya merupakan alumni Pondok Pesantren Attaqwa, di Kelurahan Ujung Harapan, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Dari jumlah itu, 14 diantaranya sudah kembali ke tanah air. 10 diantaranya, pulang sebelum politik di Mesir bergejolak. Dan 4 orang lagi pulang saat kondisi Mesir memanas pada tanggal 14 Juli 2013 lalu.

Dari 14 mahasiswa alumni Ponpes Attaqwa tersebut, semuanya pulang bukan karena di evakuasi. Mereka justru pulang, untuk mengisi waktu liburan serta adapula yang sengaja kembali ke tanah air karena akan melaksanakan ibadah haji September ini.

"Sekarang ada 36 orang alumni Attaqwa, yang masih di Mesir. Meskipun kondisi politik tengah panas, namun mereka semua baik-baik saja," ujar pembina santri putra Ponpes Attaqwa, H. Rojuddin Bashroh, Lc.

Dari 36 orang tersebut, tidak semuanya berkuliah di kampus Al-zhar di Kota Kairo, atau dekat lokasi konflik di Nasr City dan Lapangan Tahrir. "Universitas Al-Azhar itu, kampus cabangnya banyak, seperti di Kota Zaqozig, Alexandria, Tonto, Damanhur dan adapula di Kota Mansuroh," ungkap Rojuddin, yang juga alumni Universitas Al-Azhar tahun 1997 tersebut.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar