Pangeran Belanda, Johan Friso, tutup usia, Senin 12 Agustus 2013, setelah lebih dari 1,5 tahun koma akibat tertimpa longsoran salju. Dia mengalami komplikasi kerusakan otak yang parah akibat insiden tersebut.
Diberitakan BBC, pangeran berusia 44 tahun ini baru dipindahkan bulan lalu dari rumah sakit di London ke Belanda setelah tertimpa longsor di lokasi wisata ski Lech, Austria, 12 Februari tahun lalu.
"Pangeran Friso meninggal akibat komplikasi yang berhubungan dengan cedera hipoksia otak, akibat kecelakaan ski di Lech, Australia," ujar pernyataan istana Belanda.
Istana melanjutkan, Friso meninggal dunia di Hague. Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima langsung meluncur pulang ke tanah air dari liburan mereka di Yunani. Istri Friso, Putri Mabel, terus menemani suaminya dan sempat merayakan ulang tahun ke-46 di samping tempat tidur Friso.
Diberitakan BBC, pangeran berusia 44 tahun ini baru dipindahkan bulan lalu dari rumah sakit di London ke Belanda setelah tertimpa longsor di lokasi wisata ski Lech, Austria, 12 Februari tahun lalu.
"Pangeran Friso meninggal akibat komplikasi yang berhubungan dengan cedera hipoksia otak, akibat kecelakaan ski di Lech, Australia," ujar pernyataan istana Belanda.
Istana melanjutkan, Friso meninggal dunia di Hague. Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima langsung meluncur pulang ke tanah air dari liburan mereka di Yunani. Istri Friso, Putri Mabel, terus menemani suaminya dan sempat merayakan ulang tahun ke-46 di samping tempat tidur Friso.
Pangeran Friso sedang main ski bersama teman-temannya saat longsor terjadi. Dia tertimbun salju dan ditemukan berkat penyeranta darurat yang dikenakannya. Dia terkubur selama 20 menit sebelum akhirnya berhasil dikeluarkan dalam kondisi tak sadarkan diri.
Friso mengalami cedera otak parah dan terkena serangan jantung selama 50 menit. Dia lalu dilarikan ke London untuk dirawat di unit spesialis syaraf rumah sakit Wellington. Ayah dua putri ini kemudian dipindahkan ke Belanda pada Juli 2013, dalam kondisi yang masih tidak sadarkan diri.
Kematian Friso memang telah diprediksi sebelumnya oleh warga Belanda. Itulah mengapa, menurut laporan BBC, tidak ada kehebohan dan hiruk pikuk pelayat di depan kediamannya. Hanya beberapa orang wartawan dengan kamera ponsel siaga di depan tiga istana Belanda di Hague.
"Walaupun sudah diperkirakan sebelumnya, tetap saja ini mengejutkan. Pangeran Friso baru 44 tahun, sampai kecelakaan ski itu, tengah berada di puncak kehidupannya," kata Perdana Menteri Mark Rutte.
Friso adalah anak kedua dari tiga putra Ratu Beatrix. Dia tidak lagi masuk dalam jajaran putra mahkota setelah menikahi Mabel Wisse Smit pada tahun 2004. Pernikahan ini dilakukan tanpa persetujuan parlemen lantaran Smit dinilai bermasalah karena pernah berhubungan dengan gembong narkoba Belanda.
Setelah menyelesaikan studinya, Friso bekerja di perusahaan konsultan dan pernah menjabat Wakil Presiden di Goldman Sachs, London. Saat kecelakaan terjadi, dia sedang menjabat sebagai Kepala Keuangan di perusahaan pengaya uranium, Urenco.
Friso mengalami cedera otak parah dan terkena serangan jantung selama 50 menit. Dia lalu dilarikan ke London untuk dirawat di unit spesialis syaraf rumah sakit Wellington. Ayah dua putri ini kemudian dipindahkan ke Belanda pada Juli 2013, dalam kondisi yang masih tidak sadarkan diri.
Kematian Friso memang telah diprediksi sebelumnya oleh warga Belanda. Itulah mengapa, menurut laporan BBC, tidak ada kehebohan dan hiruk pikuk pelayat di depan kediamannya. Hanya beberapa orang wartawan dengan kamera ponsel siaga di depan tiga istana Belanda di Hague.
"Walaupun sudah diperkirakan sebelumnya, tetap saja ini mengejutkan. Pangeran Friso baru 44 tahun, sampai kecelakaan ski itu, tengah berada di puncak kehidupannya," kata Perdana Menteri Mark Rutte.
Friso adalah anak kedua dari tiga putra Ratu Beatrix. Dia tidak lagi masuk dalam jajaran putra mahkota setelah menikahi Mabel Wisse Smit pada tahun 2004. Pernikahan ini dilakukan tanpa persetujuan parlemen lantaran Smit dinilai bermasalah karena pernah berhubungan dengan gembong narkoba Belanda.
Setelah menyelesaikan studinya, Friso bekerja di perusahaan konsultan dan pernah menjabat Wakil Presiden di Goldman Sachs, London. Saat kecelakaan terjadi, dia sedang menjabat sebagai Kepala Keuangan di perusahaan pengaya uranium, Urenco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar