Sebanyak enam warga Desa Rokirole dan Nitunglea Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami luka di bagian kaki, karena terkena lahar panasRokatenda yang meletus pada Sabtu, 10 Agustus 2013.
Keenam korban luka tersebut telah dievakuasi ke Maumere untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit daerah setempat. "Saya terkena lahar panas saat hendak menyelamatkan keluarga saya yang berada di desa seberang," kata Bergita Meti, 36 tahun, salah satu korban luka kepada Tempo, Senin, 12 Agustus 2013.
Saat kejadian, menurut dia, semua warga sedang tertidur pulas, karena masih subuh sekitar pukul 04.00 Wita. Letusan itu menyebab masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. "Letusan cukup kuat, sehingga kami lari selamatkan diri," katanya.
Namun, saat menyelamatkan diri, Bergita mengetahui anaknya berada di Dusun Koa, Desa Rokirole, sehingga dia nekat menyeberangi lahar panas yang melintas antar dua desa itu. "Saya berupaya menyelamatkan anak saya, sehingga tercebur di lumpur panas," katanya.
Dia mengaku belum mendapat pengobatan akibat luka tersebut, sehingga luka di kaki bagian kirinya mulai membekak dan berair. "Belum berobat untuk luka ini," katanya.
Letusan kali ini merupakan yang terbesar, setelah letusan terakhir pada Oktober 2012 lalu yang menyebabkan sekitar 3000 warga pulau itu mengungsi ke Sikka dan Ende.
Bupati Sikka, Yos Ansar Rera menegaskan korban tewas akibat letusan gunung Rokatenda hanya lima orang, bukan enam seperti yang diberitakan selama ini. "Hanya lima yang tewas, tiga sudah ditemukan, dua masih hilang," katanya.
Pemerintah telah mengambil langkah dengan mengevakuasi warga di zona merah Rokatenda untuk menghindari terjadinya letusan susulan dan menimbulkan korban jiwa. "Sudah 300-an yang telah dievakuasi ke Maumere," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar