Seorang kandidat anggota parlemen Australia mempermalukan dirinya sendiri setelah menyebut Islam sebagai sebuah negara. Akibatnya, jalannya di bursa pemilihan anggota parlemen tamat walau baru seumur jagung.
Padahal menurut CNN, Minggu 11 Agustus 2013, politisi bernama Stephanie Banister baru saja berkampanye selama 48 jam di distrik Rankin, Queensland. Wanita 27 tahun ini juga jadi bulan-bulanan setelah wawancaranya dengan stasiun TV Channel 7 News tersebar di internet.
Dalam wawancara yang bisa juga disaksikan di Youtube, Banister dengan percaya diri mengatakan, "Saya tidak menentang Islam sebagai negara, tapi saya rasa hukum mereka tidak bisa diterapkan di Australia". Banister rupanya tidak paham, Islam adalah nama agama, bukan nama negara.
Keluguannya berlanjut. Politisi dari Partai One Nation ini mengatakan bahwa "Hanya dua persen warga Australia yang mengikuti 'haram'". Dia juga tidak paham bahwa haram adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Ibu dua anak ini menganggap, haram adalah kitab suci Al-Quran.
Ketika dia ditanya apakah juga menentang hukum 'kosher' -mirip halal- yang dianut Yahudi, Banister mengatakan "Yahudi tidak mengikuti hukum haram. Mereka memiliki agama sendiri yang mengikuti Yesus Kristus."
Padahal, Yahudi ada jauh sebelum kelahiran Yesus. Logo Kosher juga biasa disandingkan dengan logo halal dalam berbagai makanan di Australia.
Tidak hanya soal agama, Banister juga polos soal perpolitikan Australia. Saat ditanya soal skema asuransi penyandang cacat nasional, dia berkata, "skema itu sedang berjalan saat ini". Padahal, skema tersebut baru akan dimulai tahun 2016.
Dia lantas jadi bulan-bulanan di seantero Australia, terlebih di Twitter. "Benarkah ada orang yang sebodoh ini? Stephanie Banister, ultra-nasionalis 27 tahun, berpikir Islam adalah negara," ujar seseorang dengan akun @velogubbed. Masih banyak lagi komentar senada.
Seorang komentator bahkan menyebutnya sebagai "Sarah Palin-nya Australia". Sarah Palin sempat mengalami tragedi yang sama saat mengatakan bahwa kedekatan Alaska dengan Rusia meningkatkan kinerja kebijakan luar negerinya.
Banister berkilah bahwa stasiun Channel 7 telah mengedit wawancara tersebut untuk membuatnya terlihat bodoh. Dia akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari pencalonan. Lagipula, dia bukanlah orang yang dijagokan partainya.
Ini bukan kali pertama Banister jadi perhatian media. Sebelumnya, dia didakwa karena menempelkan stiker bertuliskan "Makanan halal mendanai terorisme" di produk-produk Nestle di supermarket. Pengadilan atas kasus ini masih berlangsung.
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar