Pages - Menu

Jumat, 23 Agustus 2013

Skenario militer kembali berkuasa di Negeri Piramida

Masih lekat dalam bayangan mantan diktator Mesir Husni Mubarak terguling dari kekuasaannya dua tahun lalu sejak memerintah Negeri Sungai Nil selama 30 tahun.

Mesir saat itu bergejolak. Warga turun ke jalan-jalan menginginkan Mubarak mundur. Revolusi ini berbayar mahal dengan ratusan nyawa melayang dan akhirnya 'Vox Populi Vox Dei', suara rakyat menjadi suara Tuhan. Mubarak akhirnya mundur dan ditangkap menghuni Panjara Tora di Ibu Kota Kairo. Penjara banyak membui tahanan politik dan mereka yang korupsi.

Namun kemarin, perjuangan rakyat Mesir menggulingkan sang diktator berkorban nyawa menjadi sia-sia. Segitu enteng militer negara itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Abdul Fatah Al-Sisi dan pengadilan memerintahkan Mubarak dibebaskan. Dia dilepaskan dari semua tuduhan termasuk korupsi dan pembantaian para pegiat mendemonya pada waktu itu.

Militer pun memberinya pelbagai fasilitas untuk kebebasannya yakni jemputan helikopter hingga mendapat perawatan nomor wahid di rumah sakit militer Maadi. Kasat mata lelaki 85 tahun itu masih punya kuasa atas semua lini pemerintahan Mesir.

Alih-alih bebas demi meredam amarah warga Mubarak dikenakan status tanahanan rumah seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya (22/8). Sebuah status asal nempel dengan embel-embel tahanan politik namun sebenarnya ada usaha mengembalikan lagi kekuasaan Mubarak memimpin negeri.

Kebusukan ini tercium dan membuat banyak orang tidak nyaman. "Dia membuat negeri ini rusak. Pengangguran tinggi, tidak ada layanan publik, tidak ada keseharan, tidak ada pendidikan. Kebebasan Mubarak hari terburuk di negara ini," ujar seorang insinyur bernama Hasan Muhammad.

Senada dengan Muhammad, Amir Fatih pedagang jus buah mengatakan kekecewaannya dan kekhawatiran tinggi Mubarak akan kembali menindas rakyat Mesir.

Wajar jika warga Negeri Piramida ini penuh rasa takut. Militer telah bertindak terlalu jauh yang awalnya hanya kudeta namun kini mengarah pada pembantaian dan perang saudara. Pendukung Muhammad Mursi dan pihak berseberangan banyak jatuh korban sebab merasa tampuk kekuasaan seharusnya berada di Mursi secara sah.

Militer negara itu secara sembarangan mengambil alih pemerintah atas nama keinginan rakyat. Mursi ditangkap dan hingga kini tidak diketahui keberadaannya begitu pula organisasinya Ikhwanul Muslimin diobrak-abrik dengan membabi buta. Pemimpinnya ditangkap tanpa tahu kapan diadili.

Al-Sisi telah terdeteksi hendak mengembalikan pemerintah lama. Merehabilitasi nama Mubarak, dan menjadikan militer kembali menjadi penentu kelangsungan hidup bernegara.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar