Sudah menjadi kenyataan bahwa semua jenis pekerjaan membawa risiko. Yang membedakanyan hanya tingkat risiko itu sendiri. Bisa jadi, bidang sains memiliki segudang pekerjaan yang ekstrim.
Ada penyelam dasar laut, sampai pekerjaan yang berhubungan dengan tempat ekstrim dan binatang ganas. Semua itu hanya demi menjalankan pekerjaan dengan sepenuh hati.
Berikut jenis pekerjaan terekstrim di bidang sains menurut LiveScience:
Fisiologi Buaya
Pekerjaan ini mensyaratkan nyali yang tinggi. Bagaimana tidak, sepanjang tengah malam, peneliti harus berkelana di perairan yang dipenuhi buaya liar dan kemudian menangkap reptil ini.
Peneliti harus melingkarkan tali ke sekitar buaya dan kemudian menunggu buaya lelah berjuang dari cengkeraman tali sebelum kemudian di bawa ke darat.
Pemburu badai
Ingat film Twister? Pekerjaan ini barangkali agak gila. Saat muncul badai atau tornado, orang tentu berusaha sebisa mungkin menghindar. Tapi pemburu badai ini malah sebaliknya. Seperti pengakuan ahli meteorologi DeSoto, Illinois, AS. Tony Laubach, pemburu malah berusaha mencapai badai untuk menempatkan sensor angin dan tekanan sedekat mungkin dengan badai.
Tentu saja risikonya tinggi. Pada Mei lalu, pemburu badai veteran, Tim Samaras bersama anak dan rekan seprofesinya tewas saat mengejar tornado di El Reno, Oklohama, AS.
Tapi menurut Laubach, tornado tidaklah terlalu bahaya. Ia lebih takut pada petir. Sambaran petir lebih mematikan dan bergerak secara acak.
Teknisi laboratorium
Pengalaman Jamile Jackson bisa mewakili betapa seorang teknisi laboratorium harus cermat selama di laboratorium. Sebagai sistem administrator dan teknisi laboratorium Jacksonville University, Florida 2003 silam, ia menyiapkan demonstrasi sains untuk siswa SMA dengan menggunakan tesla coil.
Tesla coil adalah sebuah sirkuit listrik bertegangan tinggi yang bisa mengangkat benda. Saat itu ia melakukan dua kesalahan fatal, sirkuit tidak mendarat dan ia tidak memakai sarung tangan karet.
Saat ia meraih gulungan tersebut, Jackson telah menyelesaikan sirkuit. kondisi itu membuat sirkuit menembakkan listrik melalui tubuhnya. Listrik keluar melalui tangan dan bagian belakang kepala. beruntung Jackson sembuh.
Pengalaman lain, Sheharbano Sangji seorang mahasiswa pascasarjana University of California, Los Angeles pada 2008 silam bisa jadi acuan. Sangji meninggal akibat luka bakar yang menyerang sekujur tubuhnya. Dia mengalami luka bakar saat bekerja dengan zat yang sangat mudah terbakar, t-Butyllithium.
Astronot
Profesi ini bila dilihat sepertinya mengasyikkan, bisa berkelana ke ruang angkasa. Namun di balik itu, astronot merupakan pekerjaan yang sangat keras.
Astronot harus menjalani pelatihan yang sulit, penembakan untuk penembakan sinar ultraviolet kira-kira 1 dari 100 risiko kematian dalam penerbangan.
Bahkan setelah astronot mendarat di Bumi pun masih harus menghadapi risiko lain, menghadapi terhentinya pertumbuhan otot dan pelemahan tulang karena berada pada gravitasi rendah dalam waktu lama.
Pemerah racun ular
Peneliti yang mempelajari racun ular perlu cara yang ekstrim. Pemerah racun ular harus mengatasi ular paling mematikan, misalnya Krait, kadal berbisa sampai hiu. Jelas saja pekerjaan memerah racun ular bukan pekerjaan yang menyenangkan. Sebagian besar ilmuwan pemberani telah menjadi korban racun ular, sering kali digigit.
Juru selam dasar laut
Profesi ini memang tidak mematikan, tapi karena berada di dasar laut, bisa jadi kurang nyaman bila dibandingkan saat menjalani pekerjaan di daratan.
Seperti yang dilakukan ilmuwan berada di laboratorium bawah laut, Aquarius di lepas pantai Florida AS. Laboratorium ini dipompa dengan udara dari atas lautan dan didesain agar bisa sekering mungkin. Dengan demikian ilmuwan bisa tinggal dalam gelembung udara di dasar laut.
Juru selam ini bisa berada di dasar laut selama dua pekan untuk menjelajahi karang di dasar laut.
Penyelam gua bawah laut
Pekerjaan ini tentu bisa terbayang mengerikan. Pasalnya jika penyelam salah melakukan tendangan bisa mengugurkan banyak sedimen dan membuat gelap dan akhirnya bisa membuat penyelam tersesat di kedalaman.
Kondisi itu belum lagi dengan suplai oksigen yang cepat menipis. Menurut sebuah studi International Journal of Aquatic Research and Education pada 2009 silam, disebutkan antar 1969 hingga 2007, 368 orang Amerika meninggal saat menyelami gua bawah laut.
Gua bawah laut merupakan situs yang berharga. Gua itu bisa mengungkapkan iklim bumi purba maupun ekologi pulau. Pada 2010 lalu, tim penyelam di Bahama bersama ahli antropologi University of Miami menjelajahi lubang biru, sebuah lubang raksasa yang membentuk gua bawah air.
Dalam film dokumenter, peneliti ingin mengungkap iklim wilayah tersebut. Akhirnya tim menemukan buaya kuno dan kura-kura purba pernah tinggal di kawasan itu tapi menghilang saat manusia pertama tiba di pulau tersebut.
Setelah film ditayangkan, fotografer proyek penyelaman itu meninggal saat menyelam di karang lepas pantai Florida.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar